Bab 85
Sentuhan Lembutnya
Setelah dari danau. mereka memutuskan untuk segera kembali ke penginapan mereka amsing-masing. Dan Arga bersama dengan Yeri. Di setiap langkah mereka tidak lepas selalu berpegangan tangan. Saling bercanda, tertawa bersama. Seakan semua masalah hilang dalam hitungan detik. Yeri merasa nyaman dengan perlakukan Arga padanya tadi. Dia bisa membuatnya selaku nyaman saat bersamanya.
Sentuhan lembut tangannya saat memegang bibir mungilnya. Terasa begitu melekat di bibirnya.
Kali ini tidak punya banyak waktu lagi. Yeri dan Arga segera bersiap membereskan semua bajunya.
"Yeri…" sapa Arga. Ia berjalan memeluk tubuh Yeri dari belakang.
"Ada apa," tanya Yeri. Dia masih sibuk berkemas untuk segera pulang. Dan entah kenapa, rasanya sangat berat untuk pergi. Tetapi, dia tidak bisa jika terus berada dalam situasi ini.
"Bentar, apa kamu akan pergi selamanya?" tanya Yeri lagi. Ke dua tangannya memeluk tangan Arga yang melingkar di tangannya.
"Tapi aku masih nyaman denganmu?" ucap Arga. Ia membalikkan tubuh Yeri. Jemari tangannya mengusap lembut rambut Yeri. Menjalar sampai di wajahnya. Yeri merasakan sentuhan jemari Arga di wajahnya. Sangat lembut, dan rasanya ingin sekali memejamkan ke dua matanya.
"Tapi, aku tidak ingin lepas darimu." ucap Yeri.
"Kenapa? Padahal aku sangat mencintai kamu Aku berharap kamu juga selalu ada untukku." ucap Arga. Yeri mengerutkan keningnya.
"Terus kenapa kamu mau meninggalkanku. Bisakan kita tetap bersama. Setidaknya satu bulan lagi. Jangan sampai kita berpisah." ke dua mata Yeri mulai berkaca-kaca. Wajah cantik itu terlihat sangat natural. Tak lama sudah di penuhi dengan air mata yang tiba-tiba terus menetes.
Arga, hanya diam. Menganggukan kepalanya. "Sekarang kita pulang bersama." ucap Arga. Isakan tangisan bahagia terdengar begitu jelas. Yeri memeluk tubuh Arga. Memberikan sebuah kecupan tipis di pipinya.
"Makasih!" ucap Yeri.
"Sekarang kita cepat beres-beres. Nanti ada beberapa orang yang jemput kita" kata Arga.
"Kenapa waktu kita pertama kali di sini. Tidak ada yang bantu kita?" tanya Yeri bingung.
"Karena memang kerjaan dari oma. Pasti oma ingin kita semakin dekat."jelas Arga. Dia mulai membantu Yeri bersiap merapikan semua bajunya. Ke dua matanya tertegun seketika. Ia menelan ludahnya melihat beberapa dalaman tepat di bawah matanya. Tak sengaja tangan itu menyentuhnya. Yeri tanpa sadar. Ia terlihat mencoba tersenyum. Menatap wajah Arga di depannya. Ia mengusap ke dua matanya dengan punggung tangannya.
Aku berharap akan terus seperti ini. Tidak ada lagi hal yang perlu di takutkan.
"Apa, ini?" tanya Arga. Yeri melbarkan matanya. Wajah sedih itu seketika hilang. Ia spontan langsung menutup kopernya. Dan mendudukinya langsung. Membuat tangan Arga terjepit di dalam koper.
"Yeri.. Yeri.. Sakit!" ucap Arga.
"Hehe.. Maaf, lagian kamu sendiri jangan usil." tajam Yeri. Ke dua alisnya tertarik ke atas bersamaan.
"Enggak, siapa juga yang usil." ucap Arga. Ia menatap wajah cantik Yeri saat tersenyum. Seakan menyejukkan hatinya.
"Iya.. Tapi, lihatlah wajah cantikmu itu."
Yeri menyiapkan matanya. Mengusap wajahnya. "Memangnya ada apa?" tanya Yeri bingung.
"Gak ada apa-apa, hanya ingin bilang. Jika kamu terlihat cantik." Arga mendekatkan wajahnya. Dengan tubuh sedikit jongkok ke depan. Ke dua mata mereka saling tertuju dalam diam. Tubuh Yeri perlahan mulai gemetar. Seakan dia mulai tertarik ingin sekali memeluknya. Bibi pink alami itu terliaht senada. Sedikit terbuka dan gemetar.
Arga mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Yeri. Hembusan napas mereka saling beradu satu sama lain. Jantung seling berpacu berlomba adu kecepatan. Yeri menelan ludahnya susah payah. Dia terlihat sangat gugup. Wajah Arga hanya berjarak satu telunjuk tangan darinya.
"Kenapa kamu gugup." tanya Arga. Ia mencubit manja bingung Yeri. Dan segera bangkit dari duduknya.
"Arga…" decak kesal Yeri. Memegang hidungnya yang masih merasa sakit. Ia merasa sangat lega. Meski Yeri pikir Arga akan memberikan kecupan padanya.
"Kenapa? apa kamu sekarang takut menatapku?" tanya Arga. Dia melanjutkan tubuhnya di atas ranjang.
Yeri memainkan bibirnya. Memeras otaknya mencoba berpikir sejenak. Saat dia muali terbesit ingin menggodanya. Yeri segera menutup semua kopernya. Dan bernajak dari duduknya. Ia berjalan mendekati Arga. Menempelkan ke dua kakinya Tepat di kaki Arga yang bergantung dari bawah ranjangnya.
Perlahan Yeri menjatuhkan tubuhnya. Tepat di atas Arga. Dengan ke dua tangan di ranjang. Menyangga tubuhnya. Ke dua mata menatap mata Arga.
"Kamu mau menggodaku sekarang." Arga menarik turunkan alisnya.
"Em.. Memangnya tidak boleh?" tanya Yeri.
Arga menarik sudut bibirnya tipis. Dia memegang pinggang Yeri. Menariknya jatuh tepat di atas tubuhnya. Ke dua tangan Arga melingkar di pinggangnya.
"Bukanya seperti ini yang kamu mau?" tanya Arga. Wajah mereka sangat dekat. Yeri hanya diam, mengedip-ngedipkan matanya gugup. Jemari tangan Arga mengusap lembut rambut hitam milik Yeri. Ia mencium aroma yang begitu wangi menyeruak masuk ke dalam penciumannya. Arga menyentuh leher, dan perlahan semakin turun di bawah dagu.
"Jika seorang wanita menggoda laki-laki. Maka, kamu pasti tahu sendiri, kan. Apa yang di inginkan laki-laki. Jadi jangan suka goda jika tidak mau menginginkannya." bisik Arga. Sentuhan hangat itu membuat Yeri memejamkan matanya.
"Aku tahu, karena sekarang aku istriku. Tidak masalah jika aku menginginkannya. Meski harus menggodamu lebih dulu." ucap Yeri tersenyum tipis. Ia mengusap lembut wajah Arga. Memberikan kecupan di meningngal.
Arga membalikkan tubuh Yeri. Sebuah kecupan mulai menjalar di lehernya.
"Apa kamu menginginkannya sebelum pulang?" tanya Arga.
Yeri meningkatkan tangannya di leher Arga. Ia mengedipkan matanya. Dengan senyum tipis terukir di bibirnya. Sebagai tanda jika dia mau.
Arga mengecup bibir Yeri. Menggulum bibirnya penuh gairah. Arga menyentuh sekujur tubuh Yeri. Membuka semua kain yang semula sudah rapi menempel di lekuk tubuh Yeri.
Yeri hanya diam, menggeliat di atas ranjangnya. Sembari memejamkan matanya. Ia menggigit bibir bawahnya. Saat tangan Arga berhasil menjamah daerah sensitifnya.
"Yok.. Tok.. Tok.." suara ketukan pintu itu sontak mengejutkan Yeri dan Arga. Mereka beranjak duduk seketika. Menatap ke arah dinding kaca.
"Ooppss… Angel tak sengaja melihat mereka tadi dari tadi tanya menutup matanya. Lucas dengan cepat menutupi ke duanya Angel. Menariknya pergi.
Yeri menatap ke arah Arga. Mereka saling menatap kikuk. Arga menarik selimut putih menutupi tubuh Yeri. "Kenapa kita bodoh, ini menjelang sore. Dan masih banyak orang berkeliaran." ucap Yeri. Tersenyum tipis.
"Aku akan keluar dulu." ucap Arga.
"Baiklah, temui Lucas. Aku mau ke kamar mandi." Yeri mencengkeram erat selimutnya berjalan menuju ke kamar mandi. Sementara Arga dia membuka pintu Vila. Ia menatap ke arah Lucas yang sudah melangkah pergi.
"Lucas.." teriak Arga. Berjalan menghampirinya.
"Maaf, soal tadi aku tidak tahu jika kalian." ucap Lucas tertunduk.
"Iya.. Aku juga minta maaf. Gak sengaja melihatnya." Angel pun ikut tertunduk seketika. Dia merasa malu, dan takut jika Arga akan marah padanya.
"Tidak masalah!" ucap Arga menepuk bahu Lucas. "Sekarang, kalian batu aku keluarkan koper." ucap Arga.
"Apa?" tanya Angel. Spontan ia melebarkan matanya.
"Kamu tidak mau?" tanya Arga menatap wajah Angel. Menarik salah satu alisnya ke atas.
"Emm… Iya, iya.. Aku mau." Angel segera menarik tangan Lucas berjalan kembali ke penginapan Arga.
"Memangnya nanti ada mobil yang jemput kita?" tanya Lucas.
"Ada, dan sebentar lagi juga datang." ucap Arga beranjak duduk di ranjangnya. Ke dua matanya tertuju pada kamar mandi. Merasa Yeri terlalu alam di kamar mandi. Ia bangkit lagi dari duduknya.
saat Angel dan lucas mulai mengeluarkan kopernya. Arga berjalan masuk ke dalam alarm mandi. Ia melihat Yeri yang masih melihat wajahnya di depan kaca. Arga berjalan perlahan mendekatinya. Memeluk dari belakang tubuh Yeri. Menyandarkan dagunya di pundak Yeri. Mengecup leher bahkan, pipi Yeri bekali-kali.
"Arga… apa yang kamu lakukan? Kalau mereka di luar mendengar gimana?" tanya Yeri. Mengusap rambut Arga. Ia memejamkan matanya, merasakan kecupan di lehernya. Hingga meninggalkan bekas di sana.
"Tadi belum selesai. Dan sekarang aku ingin selesaikan dulu." ucap Arga. Ia membalikkan tubuh Yeri. Sebuah kecupan panas saling beradu. Menggulum bibir satu sama lain. Dengan ke dua tangan mengusap punggungnya. Perlahan selimut itu terjatuh dari tubuh Yeri.
Arga mengangkat tubuh Yeri ke atas. Menempel pada dinding melanjutkan aksinya. Yeri membuat Arga begitu leluasa mengecup sekujur tubuhnya. Yeri terdiam mengigit bibir bawahnya.
Menjadi istri Bayaran
Arga tak mau lama-lama lagi. Ia mulai berhubungan lagi dengan Yeri. Hentakan keras membuat desahan kecil keluar dari bibie Yeri. Mereka saling memeluk satu sama lain. Yeri menempelkan ujung kukunya. Pemakaian dalam di punggung Arga. Beriringan seirama dengan hentakan tubuh yang berjalan sampai 10 menit berlalu.
"Sudah, sekarang. Kamu puaskan." tanya Arga. mengusap rambut Yeri. Mengecup kening, bibir, dan pipinya bergantian. Melihat tubuh lemas Yeri. Ia merasa sudah lega. Arga mengusap lembut keringat di yang terus bercucuran di dahinya.
Yeri hanya tersenyum tipis. Dan Arga beranjak berdiri. Merapikan rambut dan bajunya. Merasa sudah rapi.
Arga yang sudah merasa lega. Ia berjalan keluar lebih dulu. Membiarkan Yeri yang masih terlihat lemas duduk di lantai kamar mandi.
"Arga…" gumam Yeri mencoba memanggilnya.
Yeri menguntupkan bibirnya kesal. Dia beranjak berdiri. Dan segera membasuh tubuhnya di dalam bathup yang di penuhi air. Yeri yang semula sudah mandi. Ia membasuhbtubuhnya lagi yang penuh keringat.
#Pov Arga.
"Kalian sudah selesai?" tanya Arga. Pada Lucas yang masih duduk di kursi menatap ke arahnya.
"Sudah, dan kita nunggu kalian." jawab Angel.
"Lagian kalian bercinta di kamar mandi. Jadi Ya, tidak masalah kita duduk di sini."
Arga mengerutkan keningnya. "Gimana bisa kamu tahu, jika aku bercinta di kamar mandi?" tanya Arga bingung.
"Suara desahan Yeri terdengar jelas sampai ke sini." saut Angel. Lucas bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Arga. Menepuk bahunya. Sembari berbisik pelan. "Permainkan kamu terlalu hebat. Sampai terdengar keluar."
Arga menajamkan matanya. "Jadi kamu mendengarnya?" tanya Arga.
Lucas hanyabteraneyum tipis. Dan duduk di samping Angel. "Mendengar jelas." ucap Lucas.
"Emm.. Tidak masalah juga, kalau kalian mendengarnya. Buta pengalaman saja buat kalian smoga cepat menikah." goda Arga. Angel dan Lucas seketika saling menatap satu sama lain.
"Menikah? Dengannya?" tanya Lucas memincingkan matanya. Ke dua matanya mengkerut, ia mengamati setiap detail ujung kepala sampai kaki Angel.
"Gimana bisa aku menikah dengannya. Tidak! Tidak!" tegas Lucas menggelengkan kepalanya.
"Jangan bilang tidak. Sekali dia pergj. Kamu yang akan menyesal nantinya. Tidak dapat memilikinya." sindir Arga. Namun, ia yang terdiam karena sendirannya sendiri. Entah kenapa. Dia mulai teringat sesuatu. Dia ingin memilih Yeri. Tetapi, di sisi alin ada hati yang selaku di perjuangkan dari dulu.
"Kuta masih belum siap untuk menikah!" ucap Angel. Karena banyak hati yang masih di jaga.
"Oh, ya. Di mana Angel. Kenapa dia belum juga keluar. Padahal kan bentar lagi orang itu akan menjemput kita." tanya Angel melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukan pukul 5 sore.
"Sudah jam lima." Gumam Angel.
"Arga… " panggil Yeri. Membuka sedikit pintu kamar mandinya. Mengeluarkan setengah kepalanya.
"Ambilkan aku baik " ucap Yeri.
"Baju satu atau dua?" goda Arga.
Dia segera mengambilkan baju untuk Yeri. Dan memberikannya.
"Apa yang kalian bicarakan tadi." bisik Yeri.
"Udah, cepat pakai baju. Nanti aku akan katakan padamu." Arga menoleh ia menatap ke arah dinding kaca. Terlihat ada mobil yang mendekat ke tempatnya.
"Sepertinya sudah datang. Cepat bantu aku." ucap Arga. Menepuk bahu Lucas.
Meraka segera memasukan semua koper ke dalam bagasi. Dan Angel yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia berjalan keluar.
"Ternyata sudah datang yang jemput." ucap Yeri. Raut wajahnya terlihat sangat ceria. Ia meraih tas dan ponsel di atas ranjangnya. Ke dua matanya berkeliling menatap sekitarnya.
"Di sini.. Aku dan dia beradu kasih. Dan aku berharap semoga punya anak darinya. Meski aku harus tinggal sendiri. Masih ada anak yang akan menemani aku nantinya." Yeri mengusap lembut perutnya. Tersenyum samar. Lalu segera berjalan keluar dari kamar hang kini penuh kenangan bersama.