Semua pendukung dari kedua kubu yang berbeda berada di sebelah kanan dan kiri berteriak histeris. Banyak wanita cantik dan para cogan di sana. Vano tak perdulikan lagi teriakan itu ia bersiap di garis start memandang lurus ke dapan tidak perdulikan lawannya yang dari tadi menatapnya sinis.
" semangat ?? Kali ini kamu harus menang !! Jika kamu menang aku kasih gadis cantik untuk menyenangkanmu malam ini" Edo menepuk pundak Vano memberi semangat dia dan berjalan mundur bergabung dengan para kerumunan para pendukungnya.
Mereka saling menancap gas dengan kekuatan penuh ketika bendera sudah mulai di kibarkan oleh wanuta cantik bak model terkenal dengan body sexy di balut dengan pakaian minimnya berdiri di tengah . Yang dari tadi terus memandangi Vano Seakan ingin menerkam Vano menjadikan dia mangsanya.
Mereka mulai melanjukan montornya dengan kecepatan tinggi di atas rata rata. Sesekali mereka seling menyalip untuk memperebutkan posisi pertama itu hal yang wajar bagi para pembalap seperti mereka. Namun saat Vano sudah mulai sampai di garis finish lawannya menyalip dia menendang montornya hingga Vano jatuh berguling guling di rerumputan. Beruntungnya vano tidak ada luka serius hanya luka ringan pada lutut yang membuat celananya sobek. Dan luka pada sikunya seperti goresan yang menghasilkan darah segar.
Vano membuka helm dan beranjak berdiri membersihkan bejunya lengan pendeknya. Ia sengaja tidak memakai jaket karena itu membuatnya sangat gerah. Lelaki tu sedikit menyeringai melihat luka pada lututnya.
" kamu gak papa Van??" Edo berari menghampiri Vano. Sahabatnya itu nampak sangat khawatir pada keadaan Vano.
" eh.. loo jangan suka main curang dong" Edo nampak sangat marah menunjuk ke arah lelaki di depannya.
" siapa yang curang dalam hal balap seperti ini wajar kan jika jatuh" senyum semringai nampak jelas pada lelaki di depannya.
Edo mulai tak bisa menahan emosinya yang sudah mulai memuncak. ia mendorong tubuh lelaki itu hingga terjatuh dari montornya. " sudah sudah jangan berkelahir di sini" ucap para temannya yang lain mencoba melerai mereka.
"Balapan kali ini aku anggap gagal, lain kali kita akan adakan balapan lagi dan kali ini tidak ada kata curang" ucap Salah satu dari group sebelah.
" baiklah aku akan siapkan joki terbaik ingat itu?? " Edo menunjuk ke arah lelaki di depannya.
" apa lo?" Balas lelaki itu dengan tubuh menantang.
" udah udah kalian jangan pada ribut, baik besok malam datang dengan joki terbaik kalian masing masing dan ingat tidak ada hal seperti ini lagi. Dan kamu Dio cepat pergi?" Pungkas salah satu lelaki yang melerai ke duanya.
" udah Do?? Biarkan saja dia?? Aku sekarang baik baik saja??" Ucap Vano yang berjalan di bantu dengan 2 wanita cantik di sampingnya. Namun tak sekalipun matanya melirik wanita cantik bahkan berpenampilan sangat sexy pun tak menggoda dirinya untuk mencoba.
" apa kabar dengan Vivi ya?? Hmmzz aku hanya ingin beri tahu padamu jika Vivi sekarang sudah menjadi milikku, dan tenang saja dia sekarang dalam perlindunganku aku akan menjaganya dengan baik. Oya opss lupa dia sudah meninggalkanmu ya??" Dio tertawa mengejek.
" dasar lo ya??" Edo nampak marah namun Vano mencegah kemarahan Edo .
Vano nampak menetrall kan emosinya yang seakan mulai membara dalam dirinya. Saat Dio menyebut nama seseorang yang pernah hadir dalam masa lalu yang terasa indah dulu.
dio nampak tak perduli ia melanjutkan ucapanya.
"Oaya bilangin tu pada anak mama di sampingmu jika besok kalah maka aku akan mengambil montornya. Namun jika menang makan montor ku akan jadi milik kalian" Dio segera cabut dengan senyum sinis menatap Edo dan Vano.
" biarkan dia lebih baik kita pulang?" Vano nampak bergeming segera memakai helm full facenya kembali menaiki montor ninja merahnya kembali menuju rumahnya. Dan memacu kembali montornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Edo yang masih emosi dengan kelakuan Dio. Nama yang hampir sama dengan adiknya. Namun beda jauh sifat dengan adiknya.
20 menit kemudian Vano sampai di depan rumah dengan langkah terburu di membuka pintu rumahnya berjalan pelan menaiki tangga dengan tatapan kosong seperti beban fikiran menganggunya. Dia membuka kamar masih terlihat Jeni tertidur pulas di kamarnya.
Beban fikiran yang mengganggunya membuat ia merasa ingin menyentuh gadis kecil itu di ranjang. Belum sempat menyentuhnya Jeni membalikkan badan wajahnya nempak jelas di depannya.
" dia begitu cantik !!" Batin Vano memandang anugrah terindah Tuhan yang berada di depannya. Vano membaringkan tubuhnya di sebelah gadis itu dengan dengan tangan kanan menyangga kepalanya. Dia terus menatap wajah gadis itu .
" hemmmzzzz" gadis itu nampak menarik tubuh merenggangkan otot ototnya.
" huaammmm" gadis itu meluap sangat lebar.
Vano nampak beranjak berdiri ia sangat malu jika harus berhadapan dengan seorang gadis di atas ranjang.
Gadis itu duduk mengusap perlahan ke dua matanya . " kamu siapa?? Kenapa kamu berada di kamarku??" Jeni nampak sangat marah ia menutup tubuhnya dengan selimut.
" apa om meniduriku ya?? Dasar lelaki sialan cepat pergi" teriakan keras Jeni seolah tidak membiarkan kesempatan Vano berbicara.
" dengarkan penjelasan ku dulu, aku yang membawamu ke rumahku. Dan ini kamarku yang kamu pakai untuk tidur semalaman"
Gadis itu nampak terdiam memutar matanya melihat ruangan kamarnya yang terlihat sangat beda dengan kamarnya. Jeni yang merasa sangat malu mengagruk kepaalnya,wajahnya mulai memerah beranjak berdiri.
" kamu mau kemana?" Tanya Vano menarik tangan jeni.
" aku mau pergi?? " jawab jeni dengan menundukkan kepalanya. Seoalah ia tidak tahu mau pergi kemana lagi. Ia tidak ingin pulang kerumah lagi. Orang di rumah sudah tidak menganggapnya lagi.
" biarkan aku yang antar kamu pulang" Vano memberanikan diri memegang ke dua bahu jeni menarik dagunya ke atas membuat gadis itu menatap matanya.
" kenapa kamu nampak lesu?" Ucap Vano yang penuh dengan keberanian.
Baru kali ini dia berani memegang ke dua lengan wanita. Dan bahkan sekarang pandangannya sangat dekat hingga bisa merasakan setiap hebusan nafas masing masing.
" aku gak tahu lagi mau pulang kamana?? " jawab Jeni dengan wajah nampak sangat sedih.
" baiklah kamu tetap tinggal di sini, tapi ingat jangan keluar dari kamar ku. Jika sampai adikku tahu kamu bisa mati matian di intrograsi olehnya" wajah jeni nampak berbinar. Dia merasa sangat senang mendengar tawaran om tampan itu untuk tetap tinggal di rumahnya.Ya meski hanya untuk sementara.
" krukkk... krukkk.." perut Jeni nampak berbunyi menandakan ia lapar.
Dia tersenyum tipis menatap tao mengisyaratkan bahwa dia ingin makanan sekarang juga.
" aku akan ambil makanan buwat kamu, ingat kamu tetap di sini. Jangan keluar dari kamar jika aku belum kembali" Vano segera pergi membuka pintu dan menutupnya kembali . Ia berjalan perlahan menuju ke dapur. Nampak suasana rumah masih terlihat sangat sepi. Dia melirik ke arah jam bulat yang terpapang di tembok putih dapur menunjukan pukul 3 pagi.
" ternyata masih jam 3 pantas saja sepi pasti sekarang Dion sedang tidur" batin Vano bergegas mengambil semua makanan yang ada di kulkas dapur dan membawanya menuju ke kamar dengan santainya. Ia tidak ragu lagi berjalan melewati tangga karena hari masih pagi semua pelayan masih tidur bahkan adiknya juga tertidur lelap pastinya.
Vano sesekali melirik ke arah kamar Dion yang terlihat terbuka sedikit terdengar sura erangan dan desahan seorang wanita yang begitu keras dari kamar Dion. Membuat ia penasaran.
" apa yang dia lakukan ??" Vano yang mulai penasaran tak mau menganggu adiknya yang asyik bercinta di dalam. Ia mengintip di balik sela pintu yang terbuka sedikit.
" hmmmsstt " suara gadis itu yang sudah mencapai klimaks.
" ayo sayang" ucap Dion dengan suara khas seraknya dengan penuh gairah.
" ayo sayang lanjutkan " ucap Dion menikamtinya.
Erangan Dion semakin keras terdengar di sela pintu yang terbuka. Dan gadis itu bermain Dion kecil dengan sangat lihai dengan jemari lentiknya sampai akhirnya Dion klimaks.
" sayang.."
" iya sayang" jawab Dion dengan lembutnya
" kenapa kita hanya seperti ini terus?? Aku ingin mencobanya . Apa kamu tidak bosan aku ingin Lebih dari ini sayang sekali saja" gadis itu terlihat merengek manja. Seperti tak tahan ingin Dion memasukan dion kecil .
" kalau kita sudah menikah sayang??" Ucap Dion berbaring di samping gadis itu dengan tubuh merengkuh gadis itu erat.
Brukkk....
Vano terjatuh tepat di depan pintu.
" Kak Vino??" Dion nampak terkejut ia segera menutup tubuh kekasihnya dengan selimut.
" apa yang kak Vino lakukan di pintu, apa kak Vino melihat kita ??" Tanya Dion bertubi tubi seakan mngintrogasi kakaknya.
Vino menggaruk kepala belakang tersenyum malu di depan adiknya Dion.
" maaf salah masuk tadi, kalian lanjutkan saja" Vano terkekah berjalan pergi dari kamar Dion.
Dion nampak sangat marah kakaknya mengintip kemesraannya bersama dengan sang kekasih. Dia segera bangkit dari ranjang meraih baju di ranjang dan segera memakainya kembali. Ia tidak mau kakaknya bilang tentang apa yang dia lakukan pada mamanya. Jika mamanya pasti seisi rumah hancur di buatnya.
Bersambung