NOVEL STORY BY IMAS GUSTINA: December 2019

Sunday, December 15, 2019

Novel Pernikahan Romantis- Gadis simpanan om tampan- Prolog

Prolog Awal Kejadian


Gadis Simpanan om Tampan




Seorang gadis cantik membuka pintu rumah dan sontak mengerutkan hidung. Aroma amis darah menyeruak menyerbu penciumannya. Lalat-lalat berdengung-dengung di atas lantai yang penuh dengan darah yang sudah mulai mengental. Suasana rumah nampak hening. Ia berjalan perlahan masuk melihat begitu banyak darah tercecer di lantai.

Dengan tatapan terkejut matanya terbelalak seolah kakinya tak bisa lagi berjalan. Lehernya seakan di cekik ribuan tangan nafasnya terasa sangat berat dan sesak .Matanya mulai berkaca kaca dengan bibir gemetar seketika menatap banyak darah bersimbahan di lantai putih yang kini tak terlihat putih lagi. berubah menjadi merah darah membuat bulu kuduknya mulai merinding. Jemari lentiknya seakan memucat seketika. Tubuhnya mulai bergetar hebat ia mulai teringat dengan ke dua orang tuanya.

gadis itu berjalan menyeret kakinya Menghilangkan rasa ketakutan dan ragunya bergegas masuk kedalam ruang tv, terlihat tv masih menyala. Namun tatapannya tertuju pada ke dua orang tuanya yang sudah terbaring tak berdaya di lantai dengan beberapa luka tembakan di perutnya. Darah terus mengalir di bagian tubuh ayah dan ibunya. Bagai di sambar petir sore hari, hatinya seakan di cambuk cambuk ranting berduri berkali kali. Membuat ia tak bisa bernafas lega menatap ke dua orang tuanya meninggal mengenaskan di depan matanya.


Keceriaan gadis remaja itu berubah seketika menjadi ketakutan. Ia harus melihat kejadian yang tak di sangka bagi remaja seumurannya.

" ayah!!! Ibu!!! " teriakan histeris Manda menggelegar terngiang di ruangan rumahnya yang nampak sepi tanpa canda tawa mereka. air matanya mengalir derasnya hingga terbawa angin jatuh menetes ke lantai yang sudah penuh darah.

" ayah.. ibu.. jangan tinggalkankan aku, manda tinggal dengan siapa nanti? Ayah!! Ibu bangun aku mohon bangunlah"
Gadis itu duduk tersungkur menangis tersedu sedu,mendekap ke dua orang tuanya. memeluk erat ayah dan ibunya Tak perduli darah menodai baju putih abu abu yang membungkus tubuh mungilnya. Jemari lentik Tangan mulusnya sudah penuh dengan darah hingga pipi yang mulus cantik tanpa make up harus terbalut darah.

Manda mencoba menyeka air mata dengan punggung tangannya. Kini helaan nafas berat terdengar begitu keras. Hatinya terasa teriris iris jatungnya seperti terlilit membuatnya teramat sangat sesak ia tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Kemarahan itu muncul seketika dalam hatinya.tatapan tajam seakan mau menerkam mangsanya di depan pandangnya.
"Kenapa kalian jahat sekali tega membunuh ke dua orang tuaku" bentak manda dengan air mata yang terus menetes di pipinya. Suara seraknya seakan berat untuk berkata lebih.

Dengan senyum sinis para pengawal itu seolah tanpa rasa bersalah sama sekali telah membunuh ke dua orang tuanya dengan mudah.

" orang tua kalian tidak sanggup bayar hutang kakak kamu jadi apa gunanya untuk hidup" para pengawal itu pergi masuk ke dalam mobil mewah yang terparkir di depan rumah. dengan tatapan sinisnya tanpa perdulikan manda yang tak henti hentinya terus menangis menjerit memeluk tubuh ibu dan ayahnya.

" aku akan membalas semua perbuatan kalian, bilang pada tuan kalian aku akan membunuhnya jika takdir mempertemukanku padanya kelak" teriak manda. Tangisannya semakin menjadi jadi. Ia tak sanggup melihat darah bersimbahan di lantai semakin banyak. Dan hingga  sekujur tubuhnya sudah penuh warna merah darah.tubuhnya mulai bergetar ketakutan, Tak kuasa ia terus memeluk tubuh ayah dan ibunya yang sudah tak bernyawa lagi." Ayah ibu aku akan membalas semua apa yang mereka lakukan pada kalian"

Kini kesedihan di selimuti amarah yang mulai membakar hatinya ia harus jadi yatim piatu gara gara kerakusan kesadisan tuan kaya itu. Rahangnya mulai gemetar semua otot otonya mulai menegang. Ia menggertakkan giginya menahan amarah yang semakin membara bagai api yang bekobar kobar di dalam hatinya. Matanya penuh dengan tatapan kebencian dan hatinya di penuhi rasa dendam yang akan terus membara mendarah daging di tubuhnya.


ia terus mengingat kejadian itu yang membuat ia kehilangan semuanya, keceriaan, kebahagiaan, dan kasih sayang dari orang tuanya. semua seakan hilang dalam waktu satu hari. ia harus menanggung trauma selama 3 bulan mengurung diri di kamar.

Bersambung

JANGAN LUPA LIKE DAN COMENT YA ❤❤
JIKA ADA KRITIKAN ATAU MASUKAN DARI KALIAN MOHON TULIS DI KOLOM KEMENTAR.

TERIMA KASIH🙏🙏

Om Muda Mengejar Cinta Jeni Chapter 3

Chapter 3



#Balap Motor

Semua pendukung dari kedua kubu yang berbeda berada di sebelah kanan dan kiri berteriak histeris. Banyak wanita cantik dan para cogan di sana. Vano tak perdulikan lagi teriakan itu ia bersiap di garis start memandang lurus ke dapan tidak perdulikan lawannya yang dari tadi menatapnya sinis.

" semangat ?? Kali ini kamu harus menang !! Jika kamu menang aku kasih gadis cantik untuk menyenangkanmu malam ini" Edo menepuk pundak Vano memberi semangat dia dan berjalan mundur bergabung dengan para kerumunan para pendukungnya.

Mereka saling menancap gas dengan kekuatan penuh ketika bendera sudah mulai di kibarkan oleh wanuta cantik bak model terkenal dengan body sexy di balut dengan pakaian minimnya berdiri di tengah . Yang dari tadi terus memandangi Vano Seakan ingin menerkam Vano menjadikan dia mangsanya.

Mereka mulai melanjukan montornya dengan kecepatan tinggi di atas rata rata. Sesekali mereka seling menyalip untuk memperebutkan posisi pertama itu hal yang wajar bagi para pembalap seperti mereka. Namun saat Vano sudah mulai sampai di garis finish lawannya menyalip dia menendang montornya hingga Vano jatuh berguling guling di rerumputan. Beruntungnya vano tidak ada luka serius hanya luka ringan pada lutut yang membuat celananya sobek. Dan luka pada sikunya seperti goresan yang menghasilkan darah segar.

Vano membuka helm dan beranjak berdiri membersihkan bejunya lengan pendeknya. Ia sengaja tidak memakai jaket karena itu membuatnya sangat gerah. Lelaki tu sedikit menyeringai melihat luka pada lututnya.
" kamu gak papa Van??" Edo berari menghampiri Vano. Sahabatnya itu nampak sangat khawatir pada keadaan Vano.

" eh.. loo jangan suka main curang dong" Edo nampak sangat marah menunjuk ke arah lelaki di depannya.

" siapa yang curang dalam hal balap seperti ini wajar kan jika jatuh" senyum semringai nampak jelas pada lelaki di depannya.

Edo mulai tak bisa menahan emosinya yang sudah mulai memuncak. ia mendorong tubuh lelaki itu hingga terjatuh dari montornya. " sudah sudah jangan berkelahir di sini" ucap para temannya yang lain mencoba melerai mereka.

"Balapan kali ini aku anggap gagal, lain kali kita akan adakan balapan lagi dan kali ini tidak ada kata curang" ucap Salah satu dari  group sebelah.

" baiklah aku akan siapkan joki terbaik ingat itu?? " Edo menunjuk ke arah lelaki di depannya.
" apa lo?" Balas lelaki itu dengan tubuh menantang.

" udah udah kalian jangan pada ribut, baik besok malam datang dengan joki terbaik kalian masing masing dan ingat tidak ada hal seperti ini lagi. Dan kamu Dio cepat pergi?" Pungkas salah satu lelaki yang melerai ke duanya.

" udah Do?? Biarkan saja dia?? Aku sekarang baik baik saja??" Ucap Vano yang berjalan di bantu dengan 2 wanita cantik di sampingnya. Namun tak sekalipun matanya melirik wanita cantik bahkan berpenampilan sangat sexy pun tak menggoda dirinya untuk mencoba.

" apa kabar dengan Vivi ya?? Hmmzz aku hanya ingin beri tahu padamu jika Vivi sekarang sudah menjadi milikku, dan tenang saja dia sekarang dalam perlindunganku aku akan menjaganya dengan baik. Oya opss lupa dia sudah meninggalkanmu ya??" Dio tertawa mengejek.

" dasar lo ya??" Edo nampak marah namun Vano mencegah kemarahan Edo .
Vano nampak menetrall kan emosinya yang seakan mulai membara dalam dirinya. Saat Dio menyebut nama seseorang yang pernah hadir dalam masa lalu yang terasa indah dulu.
dio nampak tak perduli ia melanjutkan ucapanya.

"Oaya bilangin tu pada anak mama di sampingmu jika besok kalah maka aku akan mengambil montornya. Namun jika menang makan montor ku akan jadi milik kalian" Dio segera cabut dengan senyum sinis menatap Edo dan Vano.

" biarkan dia lebih baik kita pulang?" Vano nampak bergeming segera memakai helm full facenya kembali menaiki montor ninja merahnya kembali menuju rumahnya. Dan memacu kembali montornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Edo yang masih emosi dengan kelakuan Dio. Nama yang hampir sama dengan adiknya. Namun beda jauh sifat dengan adiknya.

20 menit kemudian Vano sampai di depan rumah dengan langkah terburu di membuka pintu rumahnya berjalan pelan menaiki tangga dengan tatapan kosong seperti beban fikiran menganggunya. Dia membuka kamar masih terlihat Jeni tertidur pulas di kamarnya.
Beban fikiran yang mengganggunya membuat ia merasa ingin menyentuh gadis kecil itu di ranjang. Belum sempat menyentuhnya Jeni membalikkan badan wajahnya nempak jelas di depannya.

" dia begitu cantik !!" Batin Vano memandang anugrah terindah Tuhan yang berada di depannya. Vano membaringkan tubuhnya di sebelah gadis itu dengan dengan tangan kanan menyangga kepalanya. Dia terus menatap wajah gadis itu .

" hemmmzzzz" gadis itu nampak menarik tubuh merenggangkan otot ototnya.

" huaammmm" gadis itu meluap sangat lebar.
Vano nampak beranjak berdiri ia sangat malu jika harus berhadapan dengan seorang gadis di atas ranjang.

Gadis itu duduk mengusap perlahan ke dua matanya . " kamu siapa?? Kenapa kamu berada di kamarku??" Jeni nampak sangat marah ia menutup tubuhnya dengan selimut.

" apa om meniduriku ya?? Dasar lelaki sialan cepat pergi" teriakan keras Jeni seolah tidak membiarkan kesempatan Vano berbicara.

" dengarkan penjelasan ku dulu, aku yang membawamu ke rumahku. Dan ini kamarku yang kamu pakai untuk tidur semalaman"
Gadis itu nampak terdiam memutar matanya melihat ruangan kamarnya yang terlihat sangat beda dengan kamarnya. Jeni yang merasa sangat malu mengagruk kepaalnya,wajahnya mulai memerah beranjak berdiri.

" kamu mau kemana?" Tanya Vano menarik tangan jeni.

" aku mau pergi?? " jawab jeni dengan menundukkan kepalanya. Seoalah ia tidak tahu mau pergi kemana lagi. Ia tidak ingin pulang kerumah lagi. Orang di rumah sudah tidak menganggapnya lagi.

" biarkan aku yang antar kamu pulang" Vano memberanikan diri memegang ke dua bahu jeni menarik dagunya ke atas membuat gadis itu menatap matanya.

" kenapa kamu nampak lesu?" Ucap Vano yang penuh dengan keberanian.
Baru kali ini dia berani memegang ke dua lengan wanita. Dan bahkan sekarang pandangannya sangat dekat hingga bisa merasakan setiap hebusan nafas masing masing.

" aku gak tahu lagi mau pulang kamana?? " jawab Jeni dengan wajah nampak sangat sedih.

" baiklah kamu tetap tinggal di sini, tapi ingat jangan keluar dari kamar ku. Jika sampai adikku tahu kamu bisa mati matian di intrograsi olehnya" wajah jeni nampak berbinar. Dia merasa sangat senang mendengar tawaran om tampan itu untuk tetap tinggal di rumahnya.Ya meski hanya untuk sementara.

" krukkk... krukkk.." perut Jeni nampak berbunyi menandakan ia lapar.
Dia tersenyum tipis menatap tao mengisyaratkan bahwa dia ingin makanan sekarang juga.

" aku akan ambil makanan buwat kamu, ingat kamu tetap di sini. Jangan keluar dari kamar jika aku belum kembali" Vano segera pergi membuka pintu dan menutupnya kembali . Ia berjalan perlahan menuju ke dapur. Nampak suasana rumah masih terlihat sangat sepi. Dia melirik ke arah jam bulat yang terpapang di tembok putih dapur menunjukan pukul 3 pagi.

" ternyata masih jam 3 pantas saja sepi pasti sekarang Dion sedang tidur" batin Vano bergegas mengambil semua makanan yang ada di kulkas dapur dan membawanya menuju ke kamar dengan santainya. Ia tidak ragu lagi berjalan melewati tangga karena hari masih pagi semua pelayan masih tidur bahkan adiknya juga tertidur lelap pastinya.

Vano sesekali melirik ke arah kamar Dion yang terlihat terbuka sedikit terdengar sura erangan dan desahan seorang wanita yang begitu keras dari kamar Dion. Membuat ia penasaran.

" apa yang dia lakukan ??" Vano yang mulai penasaran tak mau menganggu adiknya yang asyik bercinta di dalam. Ia mengintip di balik sela pintu yang terbuka sedikit.

" hmmmsstt " suara gadis itu yang sudah mencapai klimaks.

" ayo sayang" ucap Dion dengan suara khas seraknya dengan penuh gairah.

" ayo sayang lanjutkan " ucap Dion menikamtinya.

Erangan Dion semakin keras terdengar di sela pintu yang terbuka. Dan gadis itu bermain Dion kecil dengan sangat lihai dengan jemari lentiknya sampai akhirnya Dion klimaks.
" sayang.."

" iya sayang" jawab Dion dengan lembutnya

" kenapa kita hanya seperti ini terus?? Aku ingin mencobanya . Apa kamu tidak bosan aku ingin Lebih dari ini sayang sekali saja" gadis itu terlihat merengek manja. Seperti tak tahan ingin Dion memasukan dion kecil .

" kalau kita sudah menikah sayang??" Ucap Dion berbaring di samping gadis itu dengan tubuh merengkuh gadis itu erat.
Brukkk....
Vano terjatuh tepat di depan pintu.

" Kak Vino??" Dion nampak terkejut ia segera menutup tubuh kekasihnya dengan selimut.

" apa yang kak Vino lakukan di pintu, apa kak Vino melihat kita ??" Tanya Dion bertubi tubi seakan mngintrogasi kakaknya.
Vino menggaruk kepala belakang tersenyum malu di depan adiknya Dion.

" maaf salah masuk tadi, kalian lanjutkan saja" Vano terkekah berjalan pergi dari kamar Dion.


Dion nampak sangat marah kakaknya mengintip kemesraannya bersama dengan sang kekasih. Dia segera bangkit dari ranjang meraih baju di ranjang dan segera memakainya kembali. Ia tidak mau kakaknya bilang tentang apa yang dia lakukan pada mamanya. Jika mamanya pasti seisi rumah hancur di buatnya. 



Bersambung

Om Muda Mengejar Cinta Jeni Chapter 2

Chapter 2

1 #Di rumah lelaki tak di kenal



Vano menatap gadis itu masih tertidur pulas di ranjangnya. Bahkan seperti kamarnya sendiri. Terlihat dia masih tertidur.akhirnya dia memutuskan untuk keluar Dari kamar. Dia tidak mau menunggu Jeni di dalam  kamarnya. Jika melihat tubuh Jeni membuat nafsunya mulai bangkit.

Cerita sedikit tentang Vano : Dia lelaki tampan berusia 24 tahun. Tinggi badan 175 cm tak beda jauh dengan adiknya. tak hanya tampan namun sikapnya yang cenderung cuek pada wanita membuat dia tidak punya pacar sampai sekarang. Sejak putus dengan kekasihnya waktu masa SMA entah masalah apa tiba tiba kekasihnya pergi begitu saja tanpa alasan. Dan pergi ke Amerika untuk melanjutkan Study nya di sana. Kini dia menutup rapat-rapat hatinya untuk seorang wanita. Dan Dia juga tidak mau mengurus perusahaan orang tuanya dia hanya bersenang senang bersama teman temannya setiap hari bahkan setiap malam tidak pernah di rumah.

#Back Story

Vano berjalan mengendap endap. Ya meskipun orang tuanya sekarang tidak ada di rumah. Mereka masih di Amerika untuk urusan pekerjaan selama 1 bulan lamanya. Dia di rumah sendiri dengan adiknya. Dia juga punya adik ya mungkin masih seumuran dengan Jeni. Umurnya masih 17 tahun dan baru kelas 2 SMA. Dan jarak umur meraka terpaut jauh terpaut 6 tahun lebih tua. Ya Meskipun adiknya laki-laki tapi cerewetnya minta ampun sama seperti mamanya. Setiap gerak gerik kakaknya selalu di awasi dan di adukan mamanya.

Dan sepertinya kali ini suasana nampak sepi dan gelap. Vino masih tetap memelankan langkah kakinya. Dia sengaja memelankan langkahnya agar tidak ketahuan adiknya. Jika dia tahu bisa gawat pasti dia akan melapor pada mama. Ya apa lagi adiknya anak mama banget. Kini dia memutar mata menatap ke kiri dan ke kanan. Lalu Segera meraih kunci montor ninja merah yang tertinggal di ruang tamu.
Dia tidak mau adiknya tahu jika dia akankeluar malam untuk balapan. Meskipun dia habis mabuk di Club.kesehariannya tetap setiap malam balapan dengan teman temannya sampai pulang menjelang pagi.

" mau kemana kamu kak??" Vano terhenti seketika menatap Dion adiknya sudah berdiri tepat di belakangnya. Dengan mata yang terlihat bengkak bahkan sudah seperti mata panda. Dia sangat suka sekali begadang kalau tidak bermain game online ya biasa nonton bola hanya utuk sekedar taruhan bersama teman-temannya Namun bukan taruhan uang melainkan wanita itu yang membuat dia menatap tv lama untuk nonton bola.
Cerita sedikit tentang Dion : Dia lelaki tampan dengan gaya rambut seperti model internasional. Badannya sangat ideal bagi para lelaki seumurannya. Tinggi badan 170 cm. namun dia sangat manja dan sekaligus kesanyangan orang tuanya. Dia mempunyai sifatnya lembut polos, dan lembek bahkan semua bilang dia mirip wanita. Tetapi dia tidak menghiraukan itu ia perlahan menunjukan jika dia lelaki tulen. Dia mulai berpacaran dengan beberapa wanita sekaligus dalam waktu 1 minggu. Lebih baik dari kakaknya yang tidak pernah pacaran semenjak putus dengan kekasihnya .


#Back Story

Vano ternyum tipis menatap adiknya sudah siap untuk introgasi.
" biasa keluar sebentar, ingat jangan bilang pada mama. Awas aja kamu bilang aku tidak akan kasih kamu uang jajan selama satu bulan" Vino mengancam adiknya.

" aku gak perduli, lagian aku bisa minta ke mama dan bilang semua tentang kakak" Dion meringis dengan tatapan kemenangan pada Vino.

Sialan nih anak, kalau dia introgasi aku terus bisa telat balapan nanti. Sepertinya aku harus cepat cepat pergi sekarang. Sudah muak dengan ceramah Dion kalau gak ngadu mama. ya ceramah bahkan lebih cerewet dari mama batin Vino

" hello kak apa kamu baik-baik saja??, kenapa kamu diam memangnya kamu mau keluar kemana??" Dion memiringkan badannya menatap Vano yang menunduk seolah memikirkan sesuatu.
"Aku mau keluar sebentar"

" ya tahu aku kamu mau keluar , tapi kakak mau keluar kemana biar mama tanya aku bisa jawab" Dion nampak polosnya mengadu dengan mamanya.

" adik aku yang bawel, udah ya aku mau keluar kalau kamu mau ngadu silahkan ngadu pada mama mu .. oke!!" Vino langsung membuka kunci pintu dan menutupnya kembali. Dia membiarkan adiknya Dion mengumpat tak jelas di belakangnya.ya meskipun kadang mereka suka jahil satu sama lain tapi Vino sangat menyangi adiknya yang bawel itu. Dia selalu pemberi solusi terbaik untuk Dion saat terjebak dalam masalah yang menyulitkannya.

Dion terus menggerutu gak jelas dia sebanarnya sudah tahu jika kakaknya pasti akan keluar untuk balapan karena sudah kesehariannya seperri itu. " punya kakak tapi jarang di rumah, padahal aku ingin dia menemaniku nonton bola atau sekedar main game online bareng" Dion menggelengkan kepalanya dan berjalan mengunci pintu rumahnya. Dia segera menuju ke kamarnya namun langkahnya terhenti mendengar suara wanita di kamar kakaknya.

" siapa dia?? Apa kakak bawa seorang wanita masuk ke dalam?? Wah kakak semakin berani saja bawa wanita ke dalam kamar??" Dion yang mulai pneasaran. Dia membuka pintu kamar kakaknya yang sudah terbuka sedikit. lalu berjalan pelan mengintip siapa yang di dalam kamar kakaknya.

Nampak seorang Gadis cantik terlihat kepanasan, dengan jemarinya mulai mebuka baju menghilangkan rasa gerah.
Gadis itu tersadar ada yang melihatnya. Ia segera menutup kembali bajunya. " Siapa kamu?? " nampak jeni masih dalam pengaruh sisa alkohol yang ia minum.
Dion mengernyitkan hidungnya bau alkohol menyeruak ke hidung Dion. Tak hanya tampan Dion mempunyai pendengaran dan penciuman yang sangat tajam.

"Seharusnya aku yang tanya kamu siapa?? Apa kamu pacar kakak aku?? " cerocos Dion .
" apa kamu gadis panggilan yang memuaskan kakak aku?? "
" oh tuhan? Kenapa kakakku bisa suka dengan gadis panggilan seperti dia?? Kutukan apa yang di berikan pada kakakku??" Cerocos Dion tak hentinya seoalh tidak memberikan jeda untuk jeni berbicara.

" Sudah cukup kamu bicara?? Sekarang bolehkan aku jawab?? " Jeni nampak dia duduk di ranjang dengan santainya.
" Baiklah" ucapan terpaksa Deon berjalan mendekati Jeni.

" oke langsung To The Point saja, sebenarnya kamu siapa?? dan aku di mana bukannya ini kamarku ?? Ngapain kamu disini" padangan Jeni yang masih buram merasa bahwa dia berada di dalam kamarnya yang mewah.


" hello gadis panggilan, kamu itu minum terlalu banyak jadi mana ingat kamu sekarang di mana?? Kamu itu di kamar kakakku?? Dan aku Dion adiknya.??" Jawab Dion Comelnya bahkan mengalahkan mulut seorang wanita.

" hemzz ya sudahlah kamu pergi saja aku mau tidur sekarang, jangan ganggu aku dan jangan lupa tu pintu di tutup rapat ya!! " Jeni nampak membaringkan badannya di ranjang putih dengan badan memeluk guling erat.

" Dasar gadis panggilan!! Ini rumah aku kenapa aku yang di suruh suruh?? Sepertinya aku harus bilang ke mama besok?" Umpat Dion tak hentinya ia merasa kakaknya menyembunyikan sesuatu dan berani bawa wanita tinggal di kamarnya. Dia hanya menggelengkan kepala, menutup rapat pintu kamar kakaknya dan segera membiarkan wanita itu tidur.
Sesampai di sebuah lapangan yang jauh dari pusat keramaian. Yang memang sudha di jadikan ousat untuk balapan.Vino nampak masih mengenakan helm terdiam  menunggu temannya datang.

10 menit berlalu seperti biasa kini Edo juga ikut melihat Vino berkasi lagi dalam liarnya menaiki montor. Terlihat sekelilingnya sudah di penuhi dengan berbagai anak montor lengkap menggunakan helm yang masih belum terbuka. Dan 2 wanita untuk mengibar bendera mengawal mulainya balapan. Vino membuka helm full facenya. Sedikit merapikan rambut yang terlihat berantakan.
" kenapa kamu lama sekali Do??"  Vano nampak menerutkan bibirnya.

Edo tertawa kecil melihat temannya yang sudah tak sabar untuk mulai aksinya. "Biasa aku jemput dia dulu tadi" jawab Edo menoleh ke belakang mengisyaratkan seorang wanita cantik yang ada di bonvengan montornya.

" siapa lagi dia?? " Vano nampak menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Edo yang sering ganti ganti wanita.

" Bukannya dia cantik?? Jika kamu mau aku akan bagikan ke kamu??" Bisik Edo membuat Vano mendorong tubuhnya pelan.

" gila lho??" Umpat Vano.

" tapi apa tadi kamu sudah tidur dengannya??" Tanya Vano yang sudah penasaran terhadap Edo.

" pastilah, tadi aku sebentar saja di hotel tapi hanya untuk meluapkan nafsuku hanya sekedar Making Out. Apa kamu tahu rasanya begitu nikmat jika kalian berdua mencapai klimaks" pungkas Edo seolah membayangkan sesuatu.
Vano nampak terdiam ia seolah ingin merasakan apa yang di bilang Edo. Karena vano nampak begitu polos terhadap wanita. Menciumnya saja dia tidak pernah. Dia merasa sangat malu jika harus menyentuh wanita. Dan lebih memilih untuk diam dan memendam hasratnya sendiri.
" heh. Van?? Kenapa kamu diam sudah sekarang udah mau di mulai tu??" Edo menepuk pundak Vano sontak membuat dia terkejut.

" heh lo yang di sana?? Aku mau nantang kamu balapan hari ini?? Jangan di wakilkan teman kamu. Dan jika kamu menang aku memberi montor ini padamu?" Suara yabg tak asing itu terdengar jelas di telinga Vano. tanpa menjawab dia hanya mengangguk santai dan segera memakai helm full facenya. Dan mulai mengambil tempat untuk memulia balapan dengan suara yang terasa familiar di telinganya. Namun ia lupa siapa lelaki itu meski dia sudah melihat jelas wajahnya.






Bersambung

OM Muda Mengejar Cinta Jeni chapter 1

Chapter 1

Prolog



Musik Dj terdengar merdu seorang gadis mengangkat tangannya menikmati alunan musik Dj yang begitu asyik terdengar di telingannya. Di dalam keadaan mabuk berat setengah sadar gadis cantik beranjak dari duduknya menikmati musik DJ di balik kerumunan para lelaki dan wanita jadi satu sedang asik menggerakan tubuh gemulainya mengikuti irama alunan musik DJ.
" hai Van.. coba lihat seorang gadis cantik yang menari di sana"
Vano menatap ke arah wanita itu,
Plakk. Dia mumukul kepala Edo dengan tangannya.
" dia masih bocah apa kamu mau menggaetnya juga, nanti di kira kamu pedofil" vano meneguk minumannya, berhenti sejenak untuk menghela nafas dengan pandangan tertuju pada gadis itu.
" tapi dia memang cantik, aku tak bisa pungkiri itu. Tubuhnya juga sangat sexy beda dengan gadis kecil seumurannya" gumam vano tersenyum kecil terus memandang gadis itu.
" hai vano apa kamu tidak suka dengan wanita jangan jangan kamu suka lelaki ya, ih...." Edo mengernyitkan pundaknya menatap jijik Vano.
"Hah.... gila apa!! aku masih normal, jika aku suka sejenis aku sudah menidurimu dari dulu" Vano memeluk pundak Edo dengan tatapan menggoda.
" apa kamu mau denganku?" Senyum menggoda vano membuat Edo jijik.
Edo dengan cepat melepaskan pelukan Vano. " aku juga masih normal lebih baik meniduri para wanita di luar sana dari pada harus tidur denganmu". Edo nampak jijik dengan ulah Vano.
Vano terkekeh kecil melihat tingkah edo.
"eh Van coba lihat gadis itu tubuhnya begitu sexy apalagi wajahnya sudah tidak di ragukan lagi dia sangat cantik " Edo menepuk pundak vano membuat vano tersendak minuman.

" uhuk..uhuk..."
" sialan kamu do"
" ckckck, maaf " edo tertawa kecil.
" gimana kalau kita taruhan siapa yang akan mendapatkan tubuhnya hari ini dengan waktu satu malam saja. Aku akan memberikan rumah baruku padamu. Tapi jika kamu kalah mobil sport kesayanganmu jadi milikku. "
" terserah!!" Ucap Vano meneguk minumannya kembali.
"Sekarang lihat aku akan segera beraksi" edo berjalan mendekati wanita itu.
Vano tak bisa menolak taruhan Edo meski ia harus kehilangan mobil sport terbarunya. Ia bisa dengan mudah membelinya lagi. Tapi ia hanya ingin tahu wanita itu murahan atau tidak. Jika memang iya edo pasti dengan mudah mendapatkannya. Apalagi wajah tampannya tak ada satu wanita yang menolak ajakan untuk tidur meski hanya satu malam.
      -0o0-
Edo melenggak lenggokkan tubuhnya mendekati gadis itu sambil menikmati alunan musik DJ.
" hai .. kemu sendiri" edo ternsenyum menyapa gadis di depannya.
"  bukannya om punya mata jadi bisa lihat kan aku dengan siapa?" jawab gadis itu sangat cuek.
Gila nih cewek aku di panggil om, emangnya aku sudah pantas jadi om om. Umurku masih 26 tahun. Lagian ini cewek juga kentus amat, tapi aku gak mau kalah taruhan dengan vano pasti dia lama-lama akan terpesona dengan ketampananku gumam Edo
" baiklah. boleh kenalan, aku Edo" mengulurkan tangan pada wanita di depannya.
" Jeni" tersenyum lembut dengan tubuh sempoyongan masih menikmati alunan Musik DJ.
Edo tersenyum Girang dalam hatinya, akhirnya hati gadis itu takluk juga dengannya. Namun ia mulai sadar sepertinya gadis di depannya dalam pengaruh alkohol. Lagian kenapa juga gadis kecil seperti dia harus keluar malam menghabiskan waktu malamnya di Club malam harusnya dia berdiam diri di rumah untuk belajar. Apa lagi sekarang dia dalam keadaan mabuk berat.
Edo menghilangkan fikiran kasian pada jeni.Kini ia ingin mengeluarkan jurus gombalan mautnya untuk menaklukkan hati gadis kecil itu.
" di pipi kamu ada gula ya??"
jeni mengibaskan pipi merah cabinya.
" mana gak ada??"
" tapi kenapa kamu bisa terlihat manis" gombalan Edo membuat jeni memerah seketika.
Vano menatap edo tersenyum kecil.
"Sialan edo sepertinya dia akan menang hari ini"  Vano menaruh kunci mobilnya di meja.  Dan bergegas pergi dari Club malam yang membuat dia harus kehilangan mobilnya.
" benar Benar sialan taruhan hanya mendapatkan gadis murahan seperti dia. Benar benar bodoh gadis kecil yang malang harus menyerahkan tubuhnya untuk lelaki seperti Edo yang hanya penggila wanita seperti dia" batin Vano menggelengkan kepala tak percaya.
Vano segera menelfon sekertarisnya. " kamu cepat jemput aku sekarang" ucap Vano Finish segera mematikan ponselnya.
Tubuh Jeni sepertinya sudah mulai tidak sanggup lagi berdiri ia mulai tumbang di dada kekar Edo.
" hai kamu kenapa?" Edo terlihat panik wajah Jeni nampak sangat menyedihkan. Seperti banyak beban di fikirannya. Edo nampak kasihan melihat wajah polos gadis itu. Ia tidak tega harus meniduri gadis yang terlihat polos di pulukannya itu.
Edo segera menggendong jeni pergi dari Club malam.
Sedangkan Vano berdiri di luar Club mengeluarkan rokok menunggu jemputan sekertarisnya. ia menimati setiap isapan demi isapan rokok di tangannya. 
" eh Vano ini kunci mobilmu. Sekarang cepat bawa mobil kamu dan segera kemari" nafas edo terenga enga membawa beban yang tak sbeerapa berat.
" kenapa dia, kamu apakah dia jadi tak sadarkan diri seperti itu. Kamu bisa di tangkap polisi karena pencabulan anak di bawah umur tahu gak?" Ucap Vano dengan nada keras.
Pengunjung yang baru masuk ke Club itu menatap bingung ke arah Vano dan Edo
" sssttt diam jangan keras keras"
Edo menurunkan tubuh jeni dalam dekapan vano.
" udah jangan banyak bicara, kamu di sini aku yang akan ambil mobil" edo berlari menuju parkiran mobil ia nampak sangat panik melihat gadis itu sudah mabuk berat tak sadarkan diri .
Tak jadi menikmati tubuh gadis itu. Ia malah ingin menolongnya sekarang dan mengurungkan niatnya dalam dalam untuk meniduri gadis polos itu. Mungkin dia akan di sebut sebagai pedofil benar kata Vano.
" eh kamu kenapa meninggalkan dia padaku" teriak Vano. Ia menatap wajah polos gadis di dekapannya. Nampak sangat polos dan cantik wajahnya cantik natural tanpa make up tebal seperti wanita umumnya. bibirnya sangat sexy dan menggoda membuat Vano mulai menghayal ingin melumat memainkan pelan bibir sexy gadis kecil di dekapanya.
Apa Edo tak jadi menimakti tubuh gadis ini, jadi dia gagal dalam taruhan. { tersenyum kecil kemenangan} Gadis ini sangat menggoda dia harus jadi milikku dan hanya milikku gumam Vano.


" eh vano cepat masuk, kenapa kamu masih berdiri di situ" teriak Edo dalam mobil.
Vano menggendong jeni dan mulai membaringkan tubuhnya di kursi belakang.
Sepertinya dia benar benar sudah mabuk berat ia tak sadarkan diri sama sekali.
Edo menyalakan mesin mobilnya menancapkan gas pergi.
" dia tak sadarkan diri itu sangat mudah kamu bisa menikmatinya"
" aku lebih suka jika dia sadar jadi kita bisa saling menikmati, jika dia tidur seperti itu sama saja aku bermain sendiri tidak ada rasa nikmatnya sama sekali" Edo tersenyum kecil dengan mata menggoda.
Vano terkekeh kecil, ia sempat melirik ke arah jeni yang masih tertidur pulas memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri. Gadis itu nampak sangat nyenyak tertidur di kursi belakang.
" sekarang kamu bawa dia kemana, apa kamu tahu rumah dia" tanya Vano.
" biarkan dia tinggal di rumahmu sementara, jika aku bawa dia kerumah bisa mati aku kalau  orang tuaku tahu. Kamu tahu sendiri kan orang tuaku bagaimana jika aku bikin ulah semua fasilitasku perusahaanku di cabut. Aku tidak bisa hidup dan bersenang senang dengan wanita jika tanpa uang mereka kan" jawab Edo dengan mata fokus pada jalan di depannya.
Vano terdiam seketika di dalam hati nya merasa ingin menolongnya. Tanpa menolak Vano membiarkan edo membawa gadis itu tinggal di rumah nya.
" Baiklah biarkan aku yang merawatnya" Vano tersenyum kecil merasa ia ada kesemoatan bersama dengan gadis itu.
" tapi jangan sentuh dia" ucap Edo
20 menit perjalanan Vano segera membawa jeni masuk ke dalam rumah mewahnya.

" aku pulang dulu, kamu rawat gadis itu" teriak Edo dalam mobil yang mulai menjalankan pelan



Bersambung.

NOVEL ROMANTIS