NOVEL STORY BY IMAS GUSTINA: April 2020

Saturday, April 4, 2020

Novel Cerita Romantis-pernikahan Kontrak Dengan Ceo - Terpaksa Menikah muda dengan Ceo Tampan-Chapter 2

 CHAPTER 2












MASUK DALAM SEBUAH ISTANA
Devid Morgan sorang Ceo di Morgan Group. Dia lelaki tanpan dengan tatapan mata yang sangat tajam. Sifatnya sangat dingin dan angkuh dan dia di kenal dengan sifat yang berkuasa, tidak di rumah mauoun kantornya. Bahkan dia tidak pernah tersenyum sama sekali. Setiap hentakan kakinya menjadi momok yang sangat menakutkan membuat semua orang di salingnya menunduk takut.

Di usianya yang tergoling masih muda, dia bisa membuat perusahaanya berkembang pesat. Menjelajahi pasar dunia, dengan kurun waktu 5 tahun masa jabatannya.

Alasan kenapa dia ingin menikah lebih cepat. Karena rencana adik sepupunya yang ingin menguasai sisa harta untuk cucu Oma Mauren yang menikah lebih dulu.

Namun di balik sifatnya yang dingin, dan angkuh dia sangat friendly pada orang yang dekat dengannya. Dia suka bercanda, dan jahil hanya pada teman-temannya. Namun, saat di kantor wajah ceria, jahil dan ramah itu berubah jadi monster yang menakutkan bagi para pegawainya.

-----

"Kalian mau membawaku kemana??" Salsa mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman erat dua pengawal yang duduk di sampingnya.

"Jangan memegangku aku bisa duduk sendiri" bentak Salsa dengan nada tinggi. Namun tak di gubris oleh dua pengawal di sampingnya.

Salsa mengerutkan bibirnya menatap tajam ke arah Devid yang duduk di depan.

" Ech kamu tuan muda yang terhormat. Jangan seenaknya culik orang aku bisa laporin kamu ke polisi" ancam Salsa dengan nada penuh emosi meledak-ledak.

Bagaimana tidak emosi, dia belum sempat bilang pada Ibunya saat ia pergi tadi. Takutnya nanti ibunya kebingungan mencari dia kemana-mana, dan di kira ia pergi tanpa pamit. Yang ada dalam pikiran Salsa kini hanya adik dan ibunya nanti bagaimana nasib mereka saat ia tinggal.

Devid tidak melirik sedikitpun ke arah Salsa. Bahkan ia tak menggubris segala ucapan yang terlontar dari mulut Salsa yang tak ada hentinya.

"Eh tuan Muda apa kamu gak bisa ngomong" Cerocos Salsa tak ada hentinya. Lama-lama buwat telinga David merasa gerah. percukan api mengobar di mata Devid.

"Bisa diam gak!" bentak Devid menatap tajam ke arah Salsa membuatnya bergidik ketakutan. Ia terdiam seketika dengan sekujur tubuh terasa kaku melihat tatapan mengerikan, sangat tajam yang muncul dari bola mata lelaki di depannya itu. Salsa menutup rapat mulutnya. Ia tak berani berkata apa-apa lagi, ia hanya menundukan kepalanya agar tak menatap tatapan mengerikan dari Devid.

Hingga hampir 30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah istana megah milik keluarga morgan lengkap dengan deretan mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Di sinilah tempat berkumpulnya semua keluarga morgan berada. Mobil mewah itu masuk ke dalam halaman rumah itu, seketika para pelayan berhamburan keluar berbaris menyambut kedatangan Tuannya.

Salsa menatap kagum rumah mewah di depannya. Ini rumah atau istana, sangat mengagumkan. Rumah sebesar ini? Pasti di dalamnya banyak sekali keluarganya, Pikir Salsa.

Karpert merah, menjalar panjang tepat di samping mobilnya. seorang lelaki paruh baya dengan tangan memegang payunh, ia membuka pintu mobil lelaki dingin itu. "Pagi tuan!"

" Pagi! Bawa dia masuk" pinta lelaki dingin itu.

"Baik tuan!"


"Selamat datang tuan" Sambutan dari para pelayan yang langsung menundukkan badannya saat Devid melintas didepannya.

Devid hanya datar melihat sambutan itu. Ia berjalan masuk dengan langkah tegap, lebih dulu ke dalam rumah megah di depannya.

Dua pengawal menarik tangan Salsa membuat ia meringis kesakitan. Cemkramannya sangat erat, Salsa berpikir pasti akan meninggalkan bekas kebiruan pada tangannya nanti.

"Silahkan turun nona" sambit lelaki paruh baya itu.

Dua oengawal memberi kode dengan lirikan mata pada lelaki paruh banya itu. Membuat Salsa menatapnya aneh. Ia ingin sekali kakinya melangkah pergi. Namun tak bisa, cengkraman tangan dua pengawal ini membuatnya tersiksa. Tangannya terasa sangat sakit.

Ia terus meronta, tetapi percuma tubuhnya tak berdaya lagi. Dua lelaki berbada kekar ituN Maih mencengkram tangannya.
" Jangan pegang tanganku! Aku bisa jalan sendiri" ucap Salsa menarik tangannya yang terasa sudah sangat panas terus di cengkram dari tadi oleh dua pengawal sialan itu.

"Kalian pergilah!" pinta lelaki paruh baya itu pada dua pengawal berbadan kekar itu.

"Huhh.. pergi sana!" ucap Salsa meledek, dengan bibir menguntup kesal.

Mr Bayu, Yang bisa di panggil Mr Bay. Tersenyum tipis, melihat tingkah Salsa. Tuan muda sangat pandai memilih calon istri, pikirnya.

"Silahkan masuk nona"

"Iya"



Apa ku harus masuk, Aku takut! Ada apa di dalam? Dan kenapa aku di bawa ke sini? Apa yang akan dia lakukan? Aku ingin pergi! Aku ingin pergi. Pikiran itu selalu terlintas di dalam otaknya.

"Ayo nona silahkan masuk" lelaki oaruh baya itu kembungkuk, memoersilahkan dia masuk ke dalam, pintu yang menjulang besar itu sudah terbuka lebar.

Salsa menarik napasnya, mengatur keraguan hatinya yang terus melilit mengahantui pikirannya.
Langkah kaki Salsa terlihat sangat ragu, ia menunduk berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana Mr Bay memgantarnya.

"Tuan saya pergi dulu" ucap Mr Bay, dengan badan membungkuk, meminta ijin untuk pergi. Dan hanya di balas dengan kode tangan yang menyuruhnya segera pergi.
"Apa itu calon istri kamu?" tanya sorang wanita yang tidak Salsa kenal. Tatapan mereka merasa tidak suka dengan gadis kecil, yang masih berpakaian abu-abu putih, dengan baju yang sudha luduh itu.

Salsa yang dari tadi diam. Ia terkejut, mendengar ucapan itu. Ia mendongakkan kepalanya menatap ke depan. Semula ia yang ingin mengeluarkan suaranya. Seketika, mulutnya tiba-tiba terkunci. Ia mengurungkan niatnya ubtuk membantah. Dan memilih untuk diam, dan tetap berdiri di tempatnya.

Gimana bisa aku akan menikah, aku masih sekolah. Dan kenapa mereka tidak bilang padaku. pikiran Salsa benar-benar kacau, ia di bawa ke tempat yang tak dia kenal, dan di paksa untuk menikah.

"Iya, Di calon istri aku, Dan dua hari lagi kita akan menikah"

Bagai di sambar petir, tubuhnya seketika kaku, saat mendengar ucapan lelaki yang membawanya tadi. Ia yang polos tidak tahu menahu tentang pernikahan di statusnya yang masih sebagai pelajar, kini harus menikah dengan orang yang tak di kenalnya.

"Suka gak suka, Aku harap kalian suka. Dan jika tidak ada yang suka dengan calon aku ini. Maka pergi dari rumah ini" ancam Devid, yang membuatnya keluarganya hanya diam, tak bernai membuka mulutnya lagi. Dia yang oaling berkuasa di rumah itu, tidak ada yang berani membantah apa kata dia. Namun lelaki itu hanya tunduk pada omanya, Oma Maurent.

Dengan perasaan terpaksa ayahnya hanya menganggukan kepala pada Devid, jika ia setuju saja dengan pilihannya. Bagaimanapun itu sudah keputusan Devid dia sangat keras kepala tidak mungkin bisa melarangnya dengan mudah. Dan hanya akan menimbulkan perselisihan di antara ayah dan anaknya sendiri.

"Jika kalian diam, aku anggap kalian setuju semuanya" Semua hanya diam, menatap setiap detai dari ujung kaki hingga keoala gadis yang berdiri di depannya. Mama Alexa, Mama Devid. menarik bibirnya tipis, dengan pandangan tidak suka dengannya.

"Pelayan sini" panggil Devid.

"Iya Tuan" Dua ornsg oelayan segera berlaei menghadap Devid.

"Kalian cepat siapkan kamar khusus untuknya! bawa Baju-baju baru, semua kebutuhannya termasuk alat make up, dan tas branded agar dia tidak malu-maluin kalau pergi dengan aku."

"Baik tuan" Jawab para pelayan yang mulai mengerjakan tugasnya masing-masing.

" Kamu sini?" Devid memanggil Salsa yang dari tadi menunduk berdiri di depannya.

Mendengar panggilan itu pikiran Salsa bekecamuk. Apalagi yang akan dia katakan padaku. Apa yang akan dia lakukan, aku ingin segera pergi dari rumah ini.

"Nagkatlah kepala kamu" Devid mencoba berbicara lembut dengan wanita di depannya, untuk membuat semua keluarganya percaya.

Salsa mendongakkan kepalanya lagi, melirik tajam ke arah Devid.
"Kenalkan diri kamu" pinta Devid, disambut dengan senyum kecut terpaut di wajah Salsa. Salsa menelan ludahnya. Menarik napasnya, dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
"Perkenalkan aku Salsa. Dan aku masih berumur 17 tahun masih sekolah SMA di Antartika" Ucap Salsa terburu-buru, dengan nada Lirih dan kepala terus menunduk ke bawah.

Devid bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya mendekati Salsa. ia menepuk pundak Salsa berkali-kali, dengam berbisik
"Tatap ke depan jangan menunduk"

Salsa mengakat kepalanya, melirik tajam ke arah Devid. ingin sekali ia memukulnya saat ini, namun ia tidak bia berbuat apa-apa di depan banyak keluarganya. "Patuhi perintahku! Atau keluarga kamu dalam bahaya" ancam Devid.

Salsa terdiam, jika berhubungan dengan keluarga ia tidak bisa terima. Ia memejamkan matanya, menetralkan pikirann dan amarah yang mengobar membakar hatinya.

"Apa maumu?" balas Salsa lirih.

"Menikahlah denganku! Maka akau akan menyelamatkan keluarga kami"

"Baiklah! Tapi jangan pernah kamu sentuh keluarga ku"

Devid hanya diam, menunjukan senyum samarnya. "Pelayan, Cepat bawa dia ke kamar. Dan ganti bajunya." pinta Devid.

Terpaksa Menikah Muda Dengan Ceo Tampan By Imas gustina

 CHAPTER 1
 PROLOG


Suara gemercik air di luar menandakan hujan turun di pagi hari. Seorang gadis cantik berambut kurs, oanjang terurai di punggungnya, duduk di kursi dengan ke dua kakinya di atas, ia memeluk ke dua kakinya, menatap ke jendela yang menembus langsung ke halaman rumahnya. Kenapa hujan tak kunjung berhenti, pikirnya.

Dedaunan hijau dan ranting coklat yang terlihat rapuh itu mulai retak di sapu derasnya hujan pagi hari.

Sesekali ia melirik jam diding di tembok putih, yang terlihat sudah mulai rapuh dan tak terlihat putih lagi. Jam sudah menunjukan pukul enam lebih seperempat. Hari ini ia sedang ada ujian sekolah entah apa dia bisa ikut atau tidak. Hujan semakin lama semakin deras suara guntur menggelegar membuat nya bergidik ketakutan. Ia hanya terdiam duduk memeluk kakinya. dan menutup telinganya rapat-rapat.

"Salsa kamu gak berangkat sekolah?" Pungkas ibu Salsa, dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia bersandar di tebok depan pintu memandang Salsa yang hanya terdiam menatap hujan.

Gluuurrrr... Gluurrr
Suara gemuruh guntur yang menyambar-nyambar membuat Salsa bergidik takut seketika. Tubuhnya bergetar, dengan jemari pucat pasi, bayangan masa lalu itu terlihat jelas di matanya. Di mana saat ia menangis, meratapi kepergian ayahnya. Gadis itu menoleh ke belakang, di lihat mamanya yang berdiri bersandar di tembok menatap menatap ke arahnya.

Glurrr...
Suara guntur semakin menggelegar.
Salsa seketika lompat dari duduknya, berlari memeluk ibunya.

"Ibu!! " Salsa berlari memeluk ibunya.

"Salsa ada apa?" Tanya ibunya terlihat bingung, anaknya tiba-tiba memeluknya, membuat secangkir teh itu hampir saja tumpah.

"Ibu salsa takut guntur" Ucap Salsa polos memeluk erat ibunya.

"Iya, tapi lepaskan dulu pelukan kamu syang. Ibu mau letakkan teh ibu dulu, yang hampir saja tumpah" Salsa melepaskan pelukannya perlahan, meski ia ragu dan takut. Ibu Megan, melangkahkan kakinya, meletakkan secangkir teh di meja. Lalu kemabali lagi mendekati anaknya, memeluknya dalam dekaoan hangat kasih syangnya.

~

Salsa sewaktu kecil punya trauma saat mendengar suara guntur, menyambar-nyambar. Karena kisah tragis Ayahnya meninggal saat tersambar, saat pulang dari bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Dan sejak kejadian itu ia tidak pernah keluar rumah saat ada guntur bahkan dia rela bolos sekolah, jika hujan terjadi saat pagi hari seperti ini.

"Salsa tenanglah! Ada ibu di sini" Ibu Megan, memeluk anaknya, membelai lembut kepala gadis itu dalam dekapannya. Salsa hanya diam, ia tidak berani membuka matanya, saat ia membuka ke dua matanya. Bayangan ayahnya selalu muncul di depannya.

Ibu Megan, menuntun anaknya untuk duduk di ranjang. mengusap kepalanya lembut.
"Salsa! Mama antar kamu sekolah ya?" kata Ibu Megan.

"Bu, Salsa gak mau sekolah. Salsa mau tetap di rumah" ucap Salsa, menolak ajakan ibunya. Tapi tiba-tiba..

"Brakkk.." pintu terbuka sangat keras membuat Salsa dan ibunya terkejut, mereka menatap ke arah pintu kompak.

"Ibu.." Teriak Gio adik kecil Salsa berlari menghampiri ibunya dengan membawa secarik kertas di tangannya.

Salsa dan ibunya mengerutkan keningnya kompak.
"Apa itu Gio?" Tanya Ibu Megan.

"Bu, Kak, lihatlah! Ada orang kaya cari istri. Coba lihat dia sangat tampan!" Pungkas Gio begitu polosnya ucapan anak kecil ini, ia menyodorkan secarik kertas pada ibunya.

Salsa menyipitkan matanya, seketika ia menarik kertas itu dari tangan Gio. "Kamu dapat ini dari mana?" Tanya Salsa dengan nada tinggi membuat Gio menunduk takut. Gio hanya diam, dengan telunjuk tangan menunjuk ke luar pintu.

"Kakak sudah bilang jangan keluar saat hujan" Salsa beranjak dari duduknya memukul pantat Gio berkali kali.

"Ampun kak! Ampun, Gio tadi hanya ambil ini. Gio gak hujan-hujan kak" ucap Gio menundukkan kepalanya takut. Dengan suara tangisan tersedu-sedu darinya. "Hik.. Hikss.. Gio tidak akan ulangi lagi kak!"

Ibu Megan, bangkit dari duduknya, menepuk pundak Salsa
"Sudahlah Sa, jangan sering memukul adik kamu, dengarkan penjelasannya dulu" Ucap ibunya lembut mencoba menengahi masalah antara Salsa dan Gio.

"Tapi Bu--"

"Sa! Dia adik kamu, kasihan dia! Kamu sering memukulnya. Biarkan dia berbicara dulu, jika memang tidak salah jangan marahi dia" Ibu Megan memetong ucapan Salsa, tanpa memberi celah dia untuk mengelak.

"Baiklah!" gumam Salsa nampak lesu. Ia tak mau kehilangan adiknya sama dengan ayahnya. Karena itu ia jadi over protektif dengan adiknya. Selalu melarang dia keluar rumah saat hujan.

Gio yang asih menunduk mencoba untuk mengeluarkan suaranya lagi.

"Hiks, Maafkan Gio kak!" ucap Gio, yang masih menundukkan kepalanya takut.

"Ya sudah cepat pergi ke kamar" pungkas ibunya mengusap kepala Gio.

Anak kecil berumur 7 tahun itu, hanya terdiam berdiri di depannya. "Gio, maafin kakak! Kakak sudah memukul Gio" katam maaf itu terlontar di bibir Salsa. Ia duduk jongkok, memeluk adiknya.

"Udah sekarang Gio pergi ke kamar dulu ya, Nanti Ibu antarkan Gio pergi ke sekolah" Ibu Megan, menyela pelukan mereka.

"Iya Bu" Gio segera berlari menuju ke kamarnya.

~

Salsa Amerta Putri, Gadis cantik berusia 17 tahun. dengan kepribadian yang sangat unik. Dia sekolah di SMA Antartika kelas XI-IPA 3. Dia terkenal anak yang pandai namun satu yang bikin raportnyya jelek yaitu ia sering bolos sekolah saat hujan tiba. Gadis cantik itu, sangat ramah, sopan dan jahil pada semua orang. Tapi terkadang dia juga suka nyebelin.

Ibunya juga tak pernah melarang dia pergi ke sekolah atau tidak. Ia memberi kebebasan pada anaknya. Tetali bukan bebas untuk bolos sekolah kapan saja. Ia hanya mengijinkan anaknya tidak masuk sekolah saat hujan tiba, di iringaindengan suara gemuruh guntur.

Ibu Salsa seorang single parent. Ia hanya jualan kue keliling, menggunakan sepeda untuk biaya makan sehari hari dan biaya sekolah Salsa. Saat ayahnya meninggal ibunya selalu berjuang sendiri untuk menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

~

Setelah memandang Gio pergi, Salsa duduk kembali di ranjang. elirik secarik browsur itu.

"Coba lihat siapa yang cari suami itu" mata Ibu Megan, ikut melirik ke secarik browsur kertas itu.

"Apa ibu mau cari suami?" tanya Salsa dengan nada menggoda pada ibunya.

Ibu Megan, mengerutkan keningnya.
"Ibu sudah tua, rapuh begini siapa yang mau sama ibu" Ucap Ibu Salsa.

Salsa terkekeh kecil. "Ya, kan ada kekek-kakek yang mau sama Ibu" jawab Salsa menggoda ibunya.

"Salsa masak kamu mau punya ayah baru tapi kakek-kakek. Udah sekarang coba lihat dulu di brosurnya" pungkas ibu salsa

Salsa mulai membaca sebuah brosur di tangannya.

"Di cari wanita single yang mau menikah dengan seorang tuan muda anak tertua dari keluarga Morgan. Dengan syarat satu harus masih Virgin dan belum di sentuh sama sekali oleh lelaki. Dan harus berumur 17 sampai 21 tahun"

"Kenapa pengusaha kaya tapi tapi cari istri harus sebar brosur kayak gini. Seperti audisi saja." Decak Salsa yang merasa sangat aneh.

"Ya juga padahal dia sangat tampan bahkan seperti seorang artis. Pasti banyak wanita yang antri padanya-kan." Saut Ibunya.

Lama berbincang dengan ibunya soal pernikahan lelaki kaya itu. Kini pandangan ibunya tertuju pada anak gadis di depannya. " Sa Ibu mau bicara sama kamu!" Salsa menoleh ke arah ibunya, "Apa kamu mau menikah?" lanjut ibunya penuh keraguan mengungkapkan perasaan yang selama ini ia ingin utarakan pada anaknya itu.

Salsa terkejut, melebarkan matanya seketika, mendengar ucapan ibunya.
"Apa bu nikah??" perkataan itu bagai petir menyambar di hati Salsa, apa yang di pikirkan ibunya, hingga kata itu menyambar dari mulutnya.

"Salsa, ibu tahu kamu pasti gak mau. Tapi pikirkan nasib adik kamu dan ibu kamu yang surah tua ini." ucap Ibu Megan, memegang ke dua tangan Salsa berharap dia mau menerima tawarannya.

Salsa menarik napasnya. mencoba melegakan hatinya.
"Ibu Salsa masih sekolah, mana mungkin Salsa  menikah! Lagian dia tidak mungkin mau menerima gadis kecil sepertiku. Dan aku juga masih polos dan lugi gini, belum ada pengalaman sama sekali soal rumah tangga" Pungkas Salsa, yang kini matanya terlihat sudah mulai berkaca-kaca.

Ibunya terdiam seketika melihat anak kesanyangannya itu akan menitikkan air matanya. Ia memeluk erat tubuh anaknya, untuk menenangkan hatinya sejenak.

" Jika kamu tidak mau menikah gak apa-apa. ibu bisa bekerja jualan lagi" Pungkas ibunya.

Salsa terdiam, ia tahu jika ibunya ingin kehidupan yang lebih baik nantinya untuknya dan keluarganya. Melihat perjuangan ibunya selama ini Salsa mulai sadar. Tidak mudah jadi seorang Single Parent harus menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

~

Tok..tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar jelas hingga ke kamar Salsa. Membuat Salsa melepaskan pelukan ibunya

"Siapa yang datang hujan hujan gini?" gumam ibu Salsa, melepaskan pelukannya.

"Biar aku saja yang buka bu" ucap Salsa.

Belum ada jawaban dari ibunya, ia berlari keluar menuju ke pintu rumahnya.
Ibu Salsa hanya diam membiarkan dia bertemu dengan calon suaminya. Sebenarnya ia sadar jika itu pasti, Tuan Muda yang akan menjemput anaknya. "Maaf syang, hanya ini yang terbaik buat kamu, masa depan kamu dan adik kamu, semoga kamu bisa hidup bahagia dengan suami kamu nantinya" Kata itu yang bisa terlontar dari mulutnya, ia tidak bisa berkata jujur pada anaknya.

Salsa menarik napasnya, ia memegang gagang pintu dengan desain kuno, yang terlihat sudah lusuh dan hampir saja rusak. Di bukanya perlahan pintu rumahnya, ia hanya menunduk tak berani nenatap ke depan. Di lihatnya beberapa sepatu hitam yang nampak mengkilat itu berjejer di depannya.

"Pagi.." suara seorang yang sangat asing di telinga Salsa.

"Pagi" ucap Salsa datar. Mendongakkan kepalanya, mencoba melihat siapa yang datang. Seketika Salsa terkrjut melangkahkan kakinya ke belakang. "Ka- kalian siapa?" Wajah Salsa mulai panik, melihat tiga orang beroakaian sangat rapi dengan jas hitam yang membalut tubuh mereka.

"Jangan banyak bertanya! Ikut aku!" ucap Salah satu pengawal Tuan Muda yang berdiri di depan mereka.

Salsa mengulurkan ke dua tangannya ke depan, mencegah mereka untuk menyentuhnya.
"Eh.. tunggu, tunggu! Kalian siapa? Dan kesini mau apa? Mungkin kalian salah alamat." Salsa berjalan mundur, mencoba menghindar.

"Cepat bawa dia, Aku gak mau dia banyak bertanya lagi" Pinta seorang lelaki tampan itu, terlihat sangat dingin. ia membalikkan badannya melangkahkan kakinya masuk dalam mobilnya.

"Tunggu! Ini masih hujan, kalian mau membawaku kemana?" Tanoa banyak bicara lagi, dua pengawal itu, menarik tangan Salsa paksa. "Eh, apa yang kalian lakukan, jangan sentuh aku!"

"Jangan banyak bicara" bentak salah satu pengawal, menerobos rintikan hujan.

"KAKAK!" teriak Gio yang menyadari kakaknya di bawa seseorang pergi.

"Lepaskan aku!" Salsa mencoba meronta, namun tubuhnya yang mungil, tak sekuat dua pengawal berbada besar di sampingnya. Mereka melemparnya masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam, yang terparkir di halaman rumahnya.




NOVEL ROMANTIS