CHAPTER 2
MASUK DALAM SEBUAH ISTANA
Devid Morgan sorang Ceo di Morgan Group. Dia lelaki tanpan dengan tatapan mata yang sangat tajam. Sifatnya sangat dingin dan angkuh dan dia di kenal dengan sifat yang berkuasa, tidak di rumah mauoun kantornya. Bahkan dia tidak pernah tersenyum sama sekali. Setiap hentakan kakinya menjadi momok yang sangat menakutkan membuat semua orang di salingnya menunduk takut.
Di usianya yang tergoling masih muda, dia bisa membuat perusahaanya berkembang pesat. Menjelajahi pasar dunia, dengan kurun waktu 5 tahun masa jabatannya.
Alasan kenapa dia ingin menikah lebih cepat. Karena rencana adik sepupunya yang ingin menguasai sisa harta untuk cucu Oma Mauren yang menikah lebih dulu.
Namun di balik sifatnya yang dingin, dan angkuh dia sangat friendly pada orang yang dekat dengannya. Dia suka bercanda, dan jahil hanya pada teman-temannya. Namun, saat di kantor wajah ceria, jahil dan ramah itu berubah jadi monster yang menakutkan bagi para pegawainya.
-----
"Kalian mau membawaku kemana??" Salsa mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman erat dua pengawal yang duduk di sampingnya.
"Jangan memegangku aku bisa duduk sendiri" bentak Salsa dengan nada tinggi. Namun tak di gubris oleh dua pengawal di sampingnya.
Salsa mengerutkan bibirnya menatap tajam ke arah Devid yang duduk di depan.
" Ech kamu tuan muda yang terhormat. Jangan seenaknya culik orang aku bisa laporin kamu ke polisi" ancam Salsa dengan nada penuh emosi meledak-ledak.
Bagaimana tidak emosi, dia belum sempat bilang pada Ibunya saat ia pergi tadi. Takutnya nanti ibunya kebingungan mencari dia kemana-mana, dan di kira ia pergi tanpa pamit. Yang ada dalam pikiran Salsa kini hanya adik dan ibunya nanti bagaimana nasib mereka saat ia tinggal.
Devid tidak melirik sedikitpun ke arah Salsa. Bahkan ia tak menggubris segala ucapan yang terlontar dari mulut Salsa yang tak ada hentinya.
"Eh tuan Muda apa kamu gak bisa ngomong" Cerocos Salsa tak ada hentinya. Lama-lama buwat telinga David merasa gerah. percukan api mengobar di mata Devid.
"Bisa diam gak!" bentak Devid menatap tajam ke arah Salsa membuatnya bergidik ketakutan. Ia terdiam seketika dengan sekujur tubuh terasa kaku melihat tatapan mengerikan, sangat tajam yang muncul dari bola mata lelaki di depannya itu. Salsa menutup rapat mulutnya. Ia tak berani berkata apa-apa lagi, ia hanya menundukan kepalanya agar tak menatap tatapan mengerikan dari Devid.
Hingga hampir 30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah istana megah milik keluarga morgan lengkap dengan deretan mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Di sinilah tempat berkumpulnya semua keluarga morgan berada. Mobil mewah itu masuk ke dalam halaman rumah itu, seketika para pelayan berhamburan keluar berbaris menyambut kedatangan Tuannya.
Salsa menatap kagum rumah mewah di depannya. Ini rumah atau istana, sangat mengagumkan. Rumah sebesar ini? Pasti di dalamnya banyak sekali keluarganya, Pikir Salsa.
Karpert merah, menjalar panjang tepat di samping mobilnya. seorang lelaki paruh baya dengan tangan memegang payunh, ia membuka pintu mobil lelaki dingin itu. "Pagi tuan!"
" Pagi! Bawa dia masuk" pinta lelaki dingin itu.
"Baik tuan!"
"Selamat datang tuan" Sambutan dari para pelayan yang langsung menundukkan badannya saat Devid melintas didepannya.
Devid hanya datar melihat sambutan itu. Ia berjalan masuk dengan langkah tegap, lebih dulu ke dalam rumah megah di depannya.
Dua pengawal menarik tangan Salsa membuat ia meringis kesakitan. Cemkramannya sangat erat, Salsa berpikir pasti akan meninggalkan bekas kebiruan pada tangannya nanti.
"Silahkan turun nona" sambit lelaki paruh baya itu.
Dua oengawal memberi kode dengan lirikan mata pada lelaki paruh banya itu. Membuat Salsa menatapnya aneh. Ia ingin sekali kakinya melangkah pergi. Namun tak bisa, cengkraman tangan dua pengawal ini membuatnya tersiksa. Tangannya terasa sangat sakit.
Ia terus meronta, tetapi percuma tubuhnya tak berdaya lagi. Dua lelaki berbada kekar ituN Maih mencengkram tangannya.
" Jangan pegang tanganku! Aku bisa jalan sendiri" ucap Salsa menarik tangannya yang terasa sudah sangat panas terus di cengkram dari tadi oleh dua pengawal sialan itu.
"Kalian pergilah!" pinta lelaki paruh baya itu pada dua pengawal berbadan kekar itu.
"Huhh.. pergi sana!" ucap Salsa meledek, dengan bibir menguntup kesal.
Mr Bayu, Yang bisa di panggil Mr Bay. Tersenyum tipis, melihat tingkah Salsa. Tuan muda sangat pandai memilih calon istri, pikirnya.
"Silahkan masuk nona"
"Iya"
Apa ku harus masuk, Aku takut! Ada apa di dalam? Dan kenapa aku di bawa ke sini? Apa yang akan dia lakukan? Aku ingin pergi! Aku ingin pergi. Pikiran itu selalu terlintas di dalam otaknya.
"Ayo nona silahkan masuk" lelaki oaruh baya itu kembungkuk, memoersilahkan dia masuk ke dalam, pintu yang menjulang besar itu sudah terbuka lebar.
Salsa menarik napasnya, mengatur keraguan hatinya yang terus melilit mengahantui pikirannya.
Langkah kaki Salsa terlihat sangat ragu, ia menunduk berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana Mr Bay memgantarnya.
"Tuan saya pergi dulu" ucap Mr Bay, dengan badan membungkuk, meminta ijin untuk pergi. Dan hanya di balas dengan kode tangan yang menyuruhnya segera pergi.
"Apa itu calon istri kamu?" tanya sorang wanita yang tidak Salsa kenal. Tatapan mereka merasa tidak suka dengan gadis kecil, yang masih berpakaian abu-abu putih, dengan baju yang sudha luduh itu.
Salsa yang dari tadi diam. Ia terkejut, mendengar ucapan itu. Ia mendongakkan kepalanya menatap ke depan. Semula ia yang ingin mengeluarkan suaranya. Seketika, mulutnya tiba-tiba terkunci. Ia mengurungkan niatnya ubtuk membantah. Dan memilih untuk diam, dan tetap berdiri di tempatnya.
Gimana bisa aku akan menikah, aku masih sekolah. Dan kenapa mereka tidak bilang padaku. pikiran Salsa benar-benar kacau, ia di bawa ke tempat yang tak dia kenal, dan di paksa untuk menikah.
"Iya, Di calon istri aku, Dan dua hari lagi kita akan menikah"
Bagai di sambar petir, tubuhnya seketika kaku, saat mendengar ucapan lelaki yang membawanya tadi. Ia yang polos tidak tahu menahu tentang pernikahan di statusnya yang masih sebagai pelajar, kini harus menikah dengan orang yang tak di kenalnya.
"Suka gak suka, Aku harap kalian suka. Dan jika tidak ada yang suka dengan calon aku ini. Maka pergi dari rumah ini" ancam Devid, yang membuatnya keluarganya hanya diam, tak bernai membuka mulutnya lagi. Dia yang oaling berkuasa di rumah itu, tidak ada yang berani membantah apa kata dia. Namun lelaki itu hanya tunduk pada omanya, Oma Maurent.
Dengan perasaan terpaksa ayahnya hanya menganggukan kepala pada Devid, jika ia setuju saja dengan pilihannya. Bagaimanapun itu sudah keputusan Devid dia sangat keras kepala tidak mungkin bisa melarangnya dengan mudah. Dan hanya akan menimbulkan perselisihan di antara ayah dan anaknya sendiri.
"Jika kalian diam, aku anggap kalian setuju semuanya" Semua hanya diam, menatap setiap detai dari ujung kaki hingga keoala gadis yang berdiri di depannya. Mama Alexa, Mama Devid. menarik bibirnya tipis, dengan pandangan tidak suka dengannya.
"Pelayan sini" panggil Devid.
"Iya Tuan" Dua ornsg oelayan segera berlaei menghadap Devid.
"Kalian cepat siapkan kamar khusus untuknya! bawa Baju-baju baru, semua kebutuhannya termasuk alat make up, dan tas branded agar dia tidak malu-maluin kalau pergi dengan aku."
"Baik tuan" Jawab para pelayan yang mulai mengerjakan tugasnya masing-masing.
" Kamu sini?" Devid memanggil Salsa yang dari tadi menunduk berdiri di depannya.
Mendengar panggilan itu pikiran Salsa bekecamuk. Apalagi yang akan dia katakan padaku. Apa yang akan dia lakukan, aku ingin segera pergi dari rumah ini.
"Nagkatlah kepala kamu" Devid mencoba berbicara lembut dengan wanita di depannya, untuk membuat semua keluarganya percaya.
Salsa mendongakkan kepalanya lagi, melirik tajam ke arah Devid.
"Kenalkan diri kamu" pinta Devid, disambut dengan senyum kecut terpaut di wajah Salsa. Salsa menelan ludahnya. Menarik napasnya, dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
"Perkenalkan aku Salsa. Dan aku masih berumur 17 tahun masih sekolah SMA di Antartika" Ucap Salsa terburu-buru, dengan nada Lirih dan kepala terus menunduk ke bawah.
Devid bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya mendekati Salsa. ia menepuk pundak Salsa berkali-kali, dengam berbisik
"Tatap ke depan jangan menunduk"
Salsa mengakat kepalanya, melirik tajam ke arah Devid. ingin sekali ia memukulnya saat ini, namun ia tidak bia berbuat apa-apa di depan banyak keluarganya. "Patuhi perintahku! Atau keluarga kamu dalam bahaya" ancam Devid.
Salsa terdiam, jika berhubungan dengan keluarga ia tidak bisa terima. Ia memejamkan matanya, menetralkan pikirann dan amarah yang mengobar membakar hatinya.
"Apa maumu?" balas Salsa lirih.
"Menikahlah denganku! Maka akau akan menyelamatkan keluarga kami"
"Baiklah! Tapi jangan pernah kamu sentuh keluarga ku"
Devid hanya diam, menunjukan senyum samarnya. "Pelayan, Cepat bawa dia ke kamar. Dan ganti bajunya." pinta Devid.