CHAPTER 1
Suara gemercik air di luar menandakan hujan turun di pagi hari. Seorang gadis cantik berambut kurs, oanjang terurai di punggungnya, duduk di kursi dengan ke dua kakinya di atas, ia memeluk ke dua kakinya, menatap ke jendela yang menembus langsung ke halaman rumahnya. Kenapa hujan tak kunjung berhenti, pikirnya.
PROLOG
Suara gemercik air di luar menandakan hujan turun di pagi hari. Seorang gadis cantik berambut kurs, oanjang terurai di punggungnya, duduk di kursi dengan ke dua kakinya di atas, ia memeluk ke dua kakinya, menatap ke jendela yang menembus langsung ke halaman rumahnya. Kenapa hujan tak kunjung berhenti, pikirnya.
Dedaunan hijau dan ranting coklat yang terlihat rapuh itu mulai retak di sapu derasnya hujan pagi hari.
Sesekali ia melirik jam diding di tembok putih, yang terlihat sudah mulai rapuh dan tak terlihat putih lagi. Jam sudah menunjukan pukul enam lebih seperempat. Hari ini ia sedang ada ujian sekolah entah apa dia bisa ikut atau tidak. Hujan semakin lama semakin deras suara guntur menggelegar membuat nya bergidik ketakutan. Ia hanya terdiam duduk memeluk kakinya. dan menutup telinganya rapat-rapat.
"Salsa kamu gak berangkat sekolah?" Pungkas ibu Salsa, dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia bersandar di tebok depan pintu memandang Salsa yang hanya terdiam menatap hujan.
Gluuurrrr... Gluurrr
Suara gemuruh guntur yang menyambar-nyambar membuat Salsa bergidik takut seketika. Tubuhnya bergetar, dengan jemari pucat pasi, bayangan masa lalu itu terlihat jelas di matanya. Di mana saat ia menangis, meratapi kepergian ayahnya. Gadis itu menoleh ke belakang, di lihat mamanya yang berdiri bersandar di tembok menatap menatap ke arahnya.
Glurrr...
Suara guntur semakin menggelegar.
Salsa seketika lompat dari duduknya, berlari memeluk ibunya.
"Ibu!! " Salsa berlari memeluk ibunya.
"Salsa ada apa?" Tanya ibunya terlihat bingung, anaknya tiba-tiba memeluknya, membuat secangkir teh itu hampir saja tumpah.
"Ibu salsa takut guntur" Ucap Salsa polos memeluk erat ibunya.
"Iya, tapi lepaskan dulu pelukan kamu syang. Ibu mau letakkan teh ibu dulu, yang hampir saja tumpah" Salsa melepaskan pelukannya perlahan, meski ia ragu dan takut. Ibu Megan, melangkahkan kakinya, meletakkan secangkir teh di meja. Lalu kemabali lagi mendekati anaknya, memeluknya dalam dekaoan hangat kasih syangnya.
~
Salsa sewaktu kecil punya trauma saat mendengar suara guntur, menyambar-nyambar. Karena kisah tragis Ayahnya meninggal saat tersambar, saat pulang dari bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Dan sejak kejadian itu ia tidak pernah keluar rumah saat ada guntur bahkan dia rela bolos sekolah, jika hujan terjadi saat pagi hari seperti ini.
"Salsa tenanglah! Ada ibu di sini" Ibu Megan, memeluk anaknya, membelai lembut kepala gadis itu dalam dekapannya. Salsa hanya diam, ia tidak berani membuka matanya, saat ia membuka ke dua matanya. Bayangan ayahnya selalu muncul di depannya.
Ibu Megan, menuntun anaknya untuk duduk di ranjang. mengusap kepalanya lembut.
"Salsa! Mama antar kamu sekolah ya?" kata Ibu Megan.
"Bu, Salsa gak mau sekolah. Salsa mau tetap di rumah" ucap Salsa, menolak ajakan ibunya. Tapi tiba-tiba..
"Brakkk.." pintu terbuka sangat keras membuat Salsa dan ibunya terkejut, mereka menatap ke arah pintu kompak.
"Ibu.." Teriak Gio adik kecil Salsa berlari menghampiri ibunya dengan membawa secarik kertas di tangannya.
Salsa dan ibunya mengerutkan keningnya kompak.
"Apa itu Gio?" Tanya Ibu Megan.
"Bu, Kak, lihatlah! Ada orang kaya cari istri. Coba lihat dia sangat tampan!" Pungkas Gio begitu polosnya ucapan anak kecil ini, ia menyodorkan secarik kertas pada ibunya.
Salsa menyipitkan matanya, seketika ia menarik kertas itu dari tangan Gio. "Kamu dapat ini dari mana?" Tanya Salsa dengan nada tinggi membuat Gio menunduk takut. Gio hanya diam, dengan telunjuk tangan menunjuk ke luar pintu.
"Kakak sudah bilang jangan keluar saat hujan" Salsa beranjak dari duduknya memukul pantat Gio berkali kali.
"Ampun kak! Ampun, Gio tadi hanya ambil ini. Gio gak hujan-hujan kak" ucap Gio menundukkan kepalanya takut. Dengan suara tangisan tersedu-sedu darinya. "Hik.. Hikss.. Gio tidak akan ulangi lagi kak!"
Ibu Megan, bangkit dari duduknya, menepuk pundak Salsa
"Sudahlah Sa, jangan sering memukul adik kamu, dengarkan penjelasannya dulu" Ucap ibunya lembut mencoba menengahi masalah antara Salsa dan Gio.
"Tapi Bu--"
"Sa! Dia adik kamu, kasihan dia! Kamu sering memukulnya. Biarkan dia berbicara dulu, jika memang tidak salah jangan marahi dia" Ibu Megan memetong ucapan Salsa, tanpa memberi celah dia untuk mengelak.
"Baiklah!" gumam Salsa nampak lesu. Ia tak mau kehilangan adiknya sama dengan ayahnya. Karena itu ia jadi over protektif dengan adiknya. Selalu melarang dia keluar rumah saat hujan.
Gio yang asih menunduk mencoba untuk mengeluarkan suaranya lagi.
"Hiks, Maafkan Gio kak!" ucap Gio, yang masih menundukkan kepalanya takut.
"Ya sudah cepat pergi ke kamar" pungkas ibunya mengusap kepala Gio.
Anak kecil berumur 7 tahun itu, hanya terdiam berdiri di depannya. "Gio, maafin kakak! Kakak sudah memukul Gio" katam maaf itu terlontar di bibir Salsa. Ia duduk jongkok, memeluk adiknya.
"Udah sekarang Gio pergi ke kamar dulu ya, Nanti Ibu antarkan Gio pergi ke sekolah" Ibu Megan, menyela pelukan mereka.
"Iya Bu" Gio segera berlari menuju ke kamarnya.
~
Salsa Amerta Putri, Gadis cantik berusia 17 tahun. dengan kepribadian yang sangat unik. Dia sekolah di SMA Antartika kelas XI-IPA 3. Dia terkenal anak yang pandai namun satu yang bikin raportnyya jelek yaitu ia sering bolos sekolah saat hujan tiba. Gadis cantik itu, sangat ramah, sopan dan jahil pada semua orang. Tapi terkadang dia juga suka nyebelin.
Ibunya juga tak pernah melarang dia pergi ke sekolah atau tidak. Ia memberi kebebasan pada anaknya. Tetali bukan bebas untuk bolos sekolah kapan saja. Ia hanya mengijinkan anaknya tidak masuk sekolah saat hujan tiba, di iringaindengan suara gemuruh guntur.
Ibu Salsa seorang single parent. Ia hanya jualan kue keliling, menggunakan sepeda untuk biaya makan sehari hari dan biaya sekolah Salsa. Saat ayahnya meninggal ibunya selalu berjuang sendiri untuk menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.
~
Setelah memandang Gio pergi, Salsa duduk kembali di ranjang. elirik secarik browsur itu.
"Coba lihat siapa yang cari suami itu" mata Ibu Megan, ikut melirik ke secarik browsur kertas itu.
"Apa ibu mau cari suami?" tanya Salsa dengan nada menggoda pada ibunya.
Ibu Megan, mengerutkan keningnya.
"Ibu sudah tua, rapuh begini siapa yang mau sama ibu" Ucap Ibu Salsa.
Salsa terkekeh kecil. "Ya, kan ada kekek-kakek yang mau sama Ibu" jawab Salsa menggoda ibunya.
"Salsa masak kamu mau punya ayah baru tapi kakek-kakek. Udah sekarang coba lihat dulu di brosurnya" pungkas ibu salsa
Salsa mulai membaca sebuah brosur di tangannya.
"Di cari wanita single yang mau menikah dengan seorang tuan muda anak tertua dari keluarga Morgan. Dengan syarat satu harus masih Virgin dan belum di sentuh sama sekali oleh lelaki. Dan harus berumur 17 sampai 21 tahun"
"Kenapa pengusaha kaya tapi tapi cari istri harus sebar brosur kayak gini. Seperti audisi saja." Decak Salsa yang merasa sangat aneh.
"Ya juga padahal dia sangat tampan bahkan seperti seorang artis. Pasti banyak wanita yang antri padanya-kan." Saut Ibunya.
Lama berbincang dengan ibunya soal pernikahan lelaki kaya itu. Kini pandangan ibunya tertuju pada anak gadis di depannya. " Sa Ibu mau bicara sama kamu!" Salsa menoleh ke arah ibunya, "Apa kamu mau menikah?" lanjut ibunya penuh keraguan mengungkapkan perasaan yang selama ini ia ingin utarakan pada anaknya itu.
Salsa terkejut, melebarkan matanya seketika, mendengar ucapan ibunya.
"Apa bu nikah??" perkataan itu bagai petir menyambar di hati Salsa, apa yang di pikirkan ibunya, hingga kata itu menyambar dari mulutnya.
"Salsa, ibu tahu kamu pasti gak mau. Tapi pikirkan nasib adik kamu dan ibu kamu yang surah tua ini." ucap Ibu Megan, memegang ke dua tangan Salsa berharap dia mau menerima tawarannya.
Salsa menarik napasnya. mencoba melegakan hatinya.
"Ibu Salsa masih sekolah, mana mungkin Salsa menikah! Lagian dia tidak mungkin mau menerima gadis kecil sepertiku. Dan aku juga masih polos dan lugi gini, belum ada pengalaman sama sekali soal rumah tangga" Pungkas Salsa, yang kini matanya terlihat sudah mulai berkaca-kaca.
Ibunya terdiam seketika melihat anak kesanyangannya itu akan menitikkan air matanya. Ia memeluk erat tubuh anaknya, untuk menenangkan hatinya sejenak.
" Jika kamu tidak mau menikah gak apa-apa. ibu bisa bekerja jualan lagi" Pungkas ibunya.
Salsa terdiam, ia tahu jika ibunya ingin kehidupan yang lebih baik nantinya untuknya dan keluarganya. Melihat perjuangan ibunya selama ini Salsa mulai sadar. Tidak mudah jadi seorang Single Parent harus menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.
~
Tok..tok...tok...
Suara ketukan pintu terdengar jelas hingga ke kamar Salsa. Membuat Salsa melepaskan pelukan ibunya
"Siapa yang datang hujan hujan gini?" gumam ibu Salsa, melepaskan pelukannya.
"Biar aku saja yang buka bu" ucap Salsa.
Belum ada jawaban dari ibunya, ia berlari keluar menuju ke pintu rumahnya.
Ibu Salsa hanya diam membiarkan dia bertemu dengan calon suaminya. Sebenarnya ia sadar jika itu pasti, Tuan Muda yang akan menjemput anaknya. "Maaf syang, hanya ini yang terbaik buat kamu, masa depan kamu dan adik kamu, semoga kamu bisa hidup bahagia dengan suami kamu nantinya" Kata itu yang bisa terlontar dari mulutnya, ia tidak bisa berkata jujur pada anaknya.
Salsa menarik napasnya, ia memegang gagang pintu dengan desain kuno, yang terlihat sudah lusuh dan hampir saja rusak. Di bukanya perlahan pintu rumahnya, ia hanya menunduk tak berani nenatap ke depan. Di lihatnya beberapa sepatu hitam yang nampak mengkilat itu berjejer di depannya.
"Pagi.." suara seorang yang sangat asing di telinga Salsa.
"Pagi" ucap Salsa datar. Mendongakkan kepalanya, mencoba melihat siapa yang datang. Seketika Salsa terkrjut melangkahkan kakinya ke belakang. "Ka- kalian siapa?" Wajah Salsa mulai panik, melihat tiga orang beroakaian sangat rapi dengan jas hitam yang membalut tubuh mereka.
"Jangan banyak bertanya! Ikut aku!" ucap Salah satu pengawal Tuan Muda yang berdiri di depan mereka.
Salsa mengulurkan ke dua tangannya ke depan, mencegah mereka untuk menyentuhnya.
"Eh.. tunggu, tunggu! Kalian siapa? Dan kesini mau apa? Mungkin kalian salah alamat." Salsa berjalan mundur, mencoba menghindar.
"Cepat bawa dia, Aku gak mau dia banyak bertanya lagi" Pinta seorang lelaki tampan itu, terlihat sangat dingin. ia membalikkan badannya melangkahkan kakinya masuk dalam mobilnya.
"Tunggu! Ini masih hujan, kalian mau membawaku kemana?" Tanoa banyak bicara lagi, dua pengawal itu, menarik tangan Salsa paksa. "Eh, apa yang kalian lakukan, jangan sentuh aku!"
"Jangan banyak bicara" bentak salah satu pengawal, menerobos rintikan hujan.
"KAKAK!" teriak Gio yang menyadari kakaknya di bawa seseorang pergi.
"Lepaskan aku!" Salsa mencoba meronta, namun tubuhnya yang mungil, tak sekuat dua pengawal berbada besar di sampingnya. Mereka melemparnya masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam, yang terparkir di halaman rumahnya.
No comments:
Post a Comment