Chapter 22
" pa!! Ma!! Tadi kalian mau ngomong apa" tanyaku yang masih penasaran dengan ucapan mereka.
-mama menghela nafas panjang dan berkata
"Saat kamu lulus sekolah nanti kita akan pindah ke landon. Kamu bisa belajar mengurus perusahaan papamu di landon sambil kuliah" aku yang semula duduk terdiam, beranjak berdiri mendengar kata kata mamaku membuatku terkejut. Dengan nada pelan agar aku tak ribut dengan orang tuaku ku coba menjawab
" tapi ma hubunganku sama ian gimana, aku harus 2 kali terpisah lagi sama ian, apa aku sanggup" mamaku beranjak dari tempat duduknya menuju ke tempatku di belainya rambutku dengan lembut, dengan berkata" hubungan kalian pasti baik baik saja, kalau ian memang benar sayang sama kamu harusnya kalian harus bisa saling percaya satu sama lain meski jarak akan memisahkan kalian.kalau memang dia mau bertemu kamu pasti dia akan cari kamu di landon". dengan hati terpaksa aku mulai menyadari ucapan mama memang benar. ku peluk mamaku yang berdiri di sampingku. " baik ma aku akan nuruti apa kata mama, mungkin ini akan jadi cobaan bagi hubunganku sama ian harus terpisah lagi oleh jarak". Jawabku
"Dalam setahun ini kamu eratkan hubunganmu dengan dia agar kelak kalian bisa saling percaya dan saling mengerti satu sama lain. kalian punya masa depan sendiri sendiri. kalau kamu sudah nikah sama dia baru kalian bisa menentukan masa depan berdua" ujar mamaku
Ku lepaskan pelukan mamaku, ku mengangguk berlari menuju kamar dengan mata yang mulai memerah menahan air mata. Mama ingin menahanku namun aku masih tetap pergi." biarkan dia sendiri dulu, butuh waktu dia untuk menerima kenyataaan". Ujar papaku yang masih duduk di tempatnya
~○~
Aku harus terpisah lagi dengannya orang tuaku kasih waktu aku 1 tahun untuk mempererat hubunganku. Tapi kali ini mungkin akan sulit dengan adanya sheila yang selalu ada di sisi ian. Apa mungkin kelak nanti kita pada akhirnya akan benar benar terpisah " ujarku dalam hati
Ku coba meraih ponsel di meja depanku, ku cari nama ian di hpku. ku coba telfon dia berkali kali namun tak di angkat satu kalipun telfonku. Ku berbicara sendiri dalam kamar." Kemana dia apa sekarang dia dengan sheila, kenapa hatiku kacau gini apa benar angan ku tadi bahwa perlahan dia akan semakin jauh" ujarku. Apa ku coba telfon siska aja agar rayan bisa bantu aku hubungi dia.mulai jemariku mencari nama siska di hpku,
-telfon-
"Haloo... Ka kamu masih sama rayan gak sekarang tolong bantu aku coba kamu hubungi ian pakai hp rayan" ujarku
" ya kamu key ganggu suasana romantisku aja, bentar bentar key sepertinya aku melihat sesuatu, bentar aku akan selidiki dulu kamu jangan tutup telfonya ya" ujar siska dengan nada terburu buru
~Terdengar dari balik telfon siska dan rayan
" yan bukannya itu ian ya, dia sama siapa? kita buruan kesana cari tahu"
"Sepertinya dia sama sheila, gimana kalau lebih baik kita jangan kasih tau keyla dulu, dia masih belum sembuh total, takutnya nanti dia akan drop bila tau kenyataannya" ujar rayan.
Air mata mulai menetes mendengar ucapan bikin aku terkejut, kenyataan yang begitu pahit harus ku dengar. Dari tadi dia gak menjawab telfonku karena lagi jalan sama sheila. Aku kira saat kejadian kemarin dia akan berubah ternyata semua sama. (Dalam hati). Ku coba bertanya seakan tak mendengar apapun. Dan bertanya
" hallo siska , kamu lagi jalan kemana sekarang seru gak tempatnya."
"Aku kirim lewat 'GPS' dimana aku soalnya aku gak begitu tau di mana ini" jawab siska
" kamu ngapain kasih tau keyla, kalau dia kesini bisa gawat kan" ujar rayan dengan nada pelan pada siska
Ku tutup telfon siska mulai ku coba nenangin diriku sebentar. Tanpa butuh waktu lama,Ku ambil jaket di lemari, ku pakai masker berlari keluar kamar. Mama yang mengetahui aku turun dari kamar."Key kamu mau kemana, kamu lagi sakit harusnya istirahat dulu" ujar mamaku berjalan mendekatiku." Aku lagi ada urusan bentar ma, bye.. ku pergi dulu" kulambaikan tangan berjalan pergi menuju ke mobil dengan buru buru. Langsung ku nyalakan mabil, mulai ku tancap gas pergi . Mama berjalan keluar ke depan rumah hanya diam melihatku.
~○~
Ku melaju dengan kecepatan penuh, hingga berkalai kali hampir nabrak.
Aku harus selidiki sendiri ian sama sheila, ku coba raih hp yang ada di sampingku. Mulai ku lihat di mana posisi rayan sama siska pergi. Aku harus cepat ke sana.
Sepertinya itu mereka, mulai ku cari tempat parkir yang jauh dari mereka agar tak terlihat oleh mereka aku disini.dengan masker yang masih membalut mulutku, Ku pakai jaket yang ada di sampingku, mulai ambil topi di tempat duduk belakang lengkap dengan kacamataku. ku bawa hp mulai turun dengan bersembunyi.ku langkahkan kakiku menuju ke tempat siska dan rayan ku lewati mereka mencoba mencari posisi ian dan sheila di mana.
"Brukk..dengan langkah yang buru buru tanpa sengaja aku menabrak siska.
" maaf aku gak sengaja" ujarku
" iya gak papa" jawab siska yang tersenyum padaku. Ku ambil kacamataku yang terjatuh ku pakai di mata bulatku.
-siska menatapku dari belakang penuh curiga
"kamu tahu gak tadi sepertinya aku kenal dia" " kamu salah orang mungkin, udah ayo pergi" kata rayan menggandeng tangan siska pergi. ku menolehkan mukaku ke belakang .Sepertinya dia gak curiga denganku,ku lanjutkan langkahku, ku masukan ke dua tanganku ke dalam saku jaket yang ku pakai, bagai di sambar petir malam hari ku lihat ian dan sheila tepat depanku dengan pemandangan malam penuh bintang yang indah di tengah taman duduk di antara air mancur .
Ku coba mendekat mencari tempat duduk di sekitar taman. Ku coba dengarkan dari jauh setiap kata yang mereka ucap.
~○~
Ian yang berdiri megang ke dua tangan sheila menatap ke 2 matanya dengan penuh perasaan, berkata."Maaf kemarin aku berkata kasar padamu, kamu tau aku begitu sayang sama keyla melihat kondisi dia seperti itu membuatku hancur."
Sheila yang tersenyum manis menatap ian dengan lembut "aku tau kamu sangat mencintai keyla dari dulu sampai sekarang perasaan itu tak pernah berubah, mungkin aku yang terlalu memaksa kamu untuk mencintaiku selama ini. Yang berujung hal menyakitkan yang ku terima". Ian pun menarik tangan sheila, mulai di peluk erat tubuh mungil sheila dengan erat, mulai di belai lembut rambut panjangnya. Ku hanya bisa menahan air mata melihat mereka dari jauh. Betapa hancurnya aku melihat mereka. Ntah apa yang mereka ucap tadi aku tak begitu mendengar mereka. Sheila menyadari aku yang duduk sendiri di di pinggiran taman tersenyum sinis padaku, ia melepaskan pelukan ian dengan mata merah meneteskan air mata dan berkata. "Izinkan aku menciummu sekali saja , besok aku akan pulang ke autralia. Aku janji gak akan pernah ganggu hubunganmu dengan keyla lagi". Aku tak begitu mendengar apa yang mereka bicarakan hanya melihat setiap apa yang mereka lakukan.mulai di cium bibir lembut ian dengan bibir mungil sheila ian hanya terdiam tanpa menolak ciuman sheila. Aku sontak berdiri dan pergi tak sanggup mataku melihat ini lagi. Sheila yang mengetaui aku pergi menatap sinis ke arahku. Ku lepas kacamata, ku buang topi yang menutupi rambut panjangku. Ian yang mengetaui aku melepas ciuman sheila, mencoba berlari mengejarku." Key tunggu !!" aku bisa jelasin ke kamu. Di tariknya tangan kiriku, membuat langkahku terhenti. Di dekap erat tubuhku. Ku luangkah airmata yang ku tahan dari tadi." ku mohon dengar penjelasanku dulu key, jangan pergi lagi aku sama sheila gak ada hubungan apapun. Dia besok akan segera kembali ke singapura". Ia melepaskan pelukanya, mengusapnya airmataku dengan tangan kanannya,tangan kiri masih pegang erat pinggangku." Jangan menangis, aku bisa jelasin.semua ke kamu. Kita duduk bicara baik baik ya" dengan hati yang menahan amarah, tak bisa ku tolak kata katanya.
Sheila yang berdiri sendiri di taman melihat kita berdua, mengepalkan tangan kirinya, berjalan pergi dengan bibir di kerutkan. Tatapan kecewa terlihat di matanya.
To Be Continue
No comments:
Post a Comment