"Ya udah sekarang kita duduk di sini ya.kakak akan temani kamu sampai kamu bertemu orang tua kamu nanti" ujar ian tersenyum lembut ke arah anak kecil itu.
" terima kasih kakak" ujar anak itu yang mulai menghapus air matanya dengan tersenyum gembira mendengarnya.
Kita segera duduk di tempat istirahat di pinggir taman itu.
" kakak cantik ini pacar kakak ya" ujar anak kecil itu.
Aku hanya tersenyum melihat ke arah ian.
" kenapa kakak diam saja,oya kakak kakak bolehkan nanti kalau aku udah besar pacaran sama kakak cantik. Aku akan jaga kakak cantik gak akan pernah nyakitin kakak cantik dan akan selalu bikin kakak cantik tersenyum" ujar anak kecil itu.
" adeg kecil kamu sekolah dulu yang pintar ya jangan mikirin pacaran dulu. Kamu masih kecil gak boleh pacarab ya. jangan seperti kakak ini (menunjuk ke arah ian) dia itu suka sama banyak cewek dari kecil. Jadi adeg kecil gak boleh seperti itu ya kalau sudah besar nanti harus setia pada satu wanita saja jangan ganti ganti seperti kakak itu" ujar ku sambil melihat ke arah ian.
Ian menatapku tajam mendengar kalimat itu.
"Apa yang kamu bilang" ujar ian.
Aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan ian.
" kakak kenapa kakak cantik mau si sama kakak jelek itu? Padahal lebih ganteng aku kak dari pada kakak itu. Lavian juga kakak jelek itu jahat sama kakak" ujar anak kecil itu yang menatapku.
" dasar anak ini" ujar ian ( dalam hati) dengan menahan emosi.
"Tapi kakak cantik gak mau sama kamu, kakak cantik kan maunya sama aku" ujar ian menatap sinis anak kecil itu.
Ian mencubit ke dua pipi anak kecil itu.
" kakak jahat.. kakak jahat...." ujar anak kecil itu.
Ku tatap ian yang masih menahan emosinya.
~○~
"Brayen...brayen... kamu di mana sayang" teriak seorang wanita paruh baya dari kejauhan
"Sepertinya itu suara ibuku" ujar anak kecil itu sambil tersenyum menatap ke arahku.
Aku yang mengira ada brayen adik ian,sempat terkejut mendengar teriakan wanita paruh baya itu.
" jadi nama kamu brayen" ujarku ke anak kecil itu.
Tanpa menjawab anak itu beranjak pergi menuju ke wanita paruh baya itu.
" mama.. mama ... aku takut sendirian kenapa mama tadi tinggalin aku. Untung ada kakak cantik dan kakak jelek itu yang temenin brayen di sini" ujar anak kecil itu. Di gendongnya anak itu di pinggang wanita paruh baya.
Aku dan ian mulai beranjak menuju ke orang tua brayen.
" makasih ya kalian sudah mau jagain anak ku breyen, maaf jika kata kata anakku menyinggung kalian dia memang agak nakal. Nanti aku akan marahi dia" ujar wanita itu.
" iya anak ibu tu..." ujar ian dengan menahan emosinya. Aku segera mengentikan ucapan dia. ku tutup mulutnya dengan tangan kiriku.
" udah diam, dia kan anak kecil ian" kataku pelan.
Di lepaskan tanganku dari mulutnya.
" baiklah" jawab ian.
" anak tante lucu kok, dia gak nakal jangan marahi dia ya tante kasian dia masih kecil" ujarku sambil tersenyum ke ibu brayen itu.
Anak kecil itu menjulurkan lidah ke arah ian,
" yee yee.. kakak cantik membelaku" ujar anak kecil itu. ian hanya menatapnya tajam ke arah anak kecil itu dengan menahan emosinya.
"Kalau kamu bukan anak kecil awas aja" ujar ian (dalam hati)
" sayang jangan gitu kakak kan udah baik sama kamu, udah teminin kamu di sini. Cepat minta maaf ke kakak" ujar ibu brayen.
" gak mau kakak jelek jahat" ujar anak kecil itu.
" apa kamu bilang kakak jahat".. ujar ian.
" sabar..sabar..." dengan mengelus dada bidangnya.
" maafin anak saya anak ini memang bandel gak bisa di bilangin" ujar ibu brayen yang masih gendong brayen di pinggangnya.
" udah gak papa kok tante" ujarku dengan tersenyum lembut.
" ya udah kami pergi dulu, terima kasih sudah jagain anak aku" ujar ibu brayen.
" iya sama sama tante" ujarku sambil tersenyum ke arah brayen dan ibunya
Ian hanya terdiam cemberut melihat ke arah anak kecil itu.
Ibu brayen mulai melangkahkan kaki pergi. Brayen yang masih di gendongan ibunya menoleh ke belakang melihat kita dengan menjulurkan lidahnya ke arah ian.
Ian terus menghela nafas dan mengelus dadanya .
" sabar .. sabar... dia anak kecil" ujarnya (dalam hati) dengan membukkukkan kepalanya.
Aku hanya menahan tawa melihat mereka berdua begitu lucu.
Ku lanjutkan tawaku melihat muka ian yang masih cemberut.
" kamu cemburu sama anak kecil itu" ujarku yang masih menahan tawa.
Di tekuk bibirnya dengan berkata " siapa uang cemburu sama anak kecil nakal itu. Rasanya pengen aku jitak tu anak kalau gak ada ibunya. Masak aku ganteng gini di bilang jelek si? Kalau menurutmu apa aku jelek ya" ujar ian menatap ke arahku.
" kamu gak jelek cuma lebih ganteng dan imut dia aja. Apa kamu takut saingan sama anak kecil itu ya?" ujarku sambil tertawa melihat expresi ian yang semakin menjadi. Ku berlari pergi ninggalin ian sendiri di taman bermain.
" awas ya kamu key" teriak ian ke arahku,
Ia berlari mengejarku sampai keluar dari taman bermain,Namun tak kunjung bisa menangkapku.
Hingga aku terhenti di suatu pasar. Terlihat di depanku berbagai baju, kacamata, topi pernak pernik ada semua disini. Ku bungkukkan badanku, menghela nafas panjang. mencoba istirahat sebentar di tengah kerumunan orang sambil berdiri. Coba menoleh ke belakang tak melihat ian di belakangku.
" apa aku berlari terlalu kencang ya, kenapa ian tak kelihatan di mana dia. Bukannya tadi dia lari ngejar aku. Kenapa sekarang masih belum kelihatan" ujarku dalam hati.
Ku coba berjalan mencari ian di kerumunan orang yang sedang berbelanja di pasar.
Di sodorkan sebuah minuman dingin ke mukaku. Dari belakang punggungku.
" ini untukmu" ujar seseorang di belakangku.
ku ambil minuman itu tanpa menoleh ke belakang, ku buka tutupnya, ku minum segera air itu.
" kamu tau aja kalau aku haus" ujarku mengusap sisa minum di bibirku dengan lenganku.
" kamu mau lagi" ujar orang itu.
" udah hilang haus ku" jawabku. Ku menoleh ke belakang terlihat ian berdiri di belakangku sedang meminum air dingin perlahan.
" ian,!! Sejak kapan kamu di belakangku " tanyaku.
" kamu nyari aku ya" ujar ian tersenyum kepadaku.
Ku tekuk bibir mungilku, menolehkan kepalaku ke kanan dengan berkata.
" enggak tu " ujarku.
"Apa kamu kawatir aku di bawa cewek lain, apa mungkin segitu gantengnya aku ya sampai kamu takut aku di bawa lari cewek lain. Tadi aja gak mau ngaku si kalau aku memang ganteng" ujar ian tersenyum tipis ke arahku.
Ia berjalan mendekat ke arahku. Di tariknya tangan kananku. Di angkat tanganku di atas tangannya, ia mulai memasukkan jarinya ke sela sela jari kananku. Di genggamnya erat tanganku . Ku hanya diam menatap mata ian.
" dengan gini kita akan terus bersama, kamu juga gak akan lagi kawatir kalau aku hilang di bawa cewek lain. Tetap genggam erat tanganku key jangan pernah kau lepaskan gengaman ini. Seperti ikatan cinta kita tetap genggamlah jangan sampai suatu hari nanti kau lepaskan ikatan cinta kita untuk orsng lain." ujar ian.
" terima kasih kakak" ujar anak itu yang mulai menghapus air matanya dengan tersenyum gembira mendengarnya.
Kita segera duduk di tempat istirahat di pinggir taman itu.
" kakak cantik ini pacar kakak ya" ujar anak kecil itu.
Aku hanya tersenyum melihat ke arah ian.
" kenapa kakak diam saja,oya kakak kakak bolehkan nanti kalau aku udah besar pacaran sama kakak cantik. Aku akan jaga kakak cantik gak akan pernah nyakitin kakak cantik dan akan selalu bikin kakak cantik tersenyum" ujar anak kecil itu.
" adeg kecil kamu sekolah dulu yang pintar ya jangan mikirin pacaran dulu. Kamu masih kecil gak boleh pacarab ya. jangan seperti kakak ini (menunjuk ke arah ian) dia itu suka sama banyak cewek dari kecil. Jadi adeg kecil gak boleh seperti itu ya kalau sudah besar nanti harus setia pada satu wanita saja jangan ganti ganti seperti kakak itu" ujar ku sambil melihat ke arah ian.
Ian menatapku tajam mendengar kalimat itu.
"Apa yang kamu bilang" ujar ian.
Aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan ian.
" kakak kenapa kakak cantik mau si sama kakak jelek itu? Padahal lebih ganteng aku kak dari pada kakak itu. Lavian juga kakak jelek itu jahat sama kakak" ujar anak kecil itu yang menatapku.
" dasar anak ini" ujar ian ( dalam hati) dengan menahan emosi.
"Tapi kakak cantik gak mau sama kamu, kakak cantik kan maunya sama aku" ujar ian menatap sinis anak kecil itu.
Ian mencubit ke dua pipi anak kecil itu.
" kakak jahat.. kakak jahat...." ujar anak kecil itu.
Ku tatap ian yang masih menahan emosinya.
~○~
"Brayen...brayen... kamu di mana sayang" teriak seorang wanita paruh baya dari kejauhan
"Sepertinya itu suara ibuku" ujar anak kecil itu sambil tersenyum menatap ke arahku.
Aku yang mengira ada brayen adik ian,sempat terkejut mendengar teriakan wanita paruh baya itu.
" jadi nama kamu brayen" ujarku ke anak kecil itu.
Tanpa menjawab anak itu beranjak pergi menuju ke wanita paruh baya itu.
" mama.. mama ... aku takut sendirian kenapa mama tadi tinggalin aku. Untung ada kakak cantik dan kakak jelek itu yang temenin brayen di sini" ujar anak kecil itu. Di gendongnya anak itu di pinggang wanita paruh baya.
Aku dan ian mulai beranjak menuju ke orang tua brayen.
" makasih ya kalian sudah mau jagain anak ku breyen, maaf jika kata kata anakku menyinggung kalian dia memang agak nakal. Nanti aku akan marahi dia" ujar wanita itu.
" iya anak ibu tu..." ujar ian dengan menahan emosinya. Aku segera mengentikan ucapan dia. ku tutup mulutnya dengan tangan kiriku.
" udah diam, dia kan anak kecil ian" kataku pelan.
Di lepaskan tanganku dari mulutnya.
" baiklah" jawab ian.
" anak tante lucu kok, dia gak nakal jangan marahi dia ya tante kasian dia masih kecil" ujarku sambil tersenyum ke ibu brayen itu.
Anak kecil itu menjulurkan lidah ke arah ian,
" yee yee.. kakak cantik membelaku" ujar anak kecil itu. ian hanya menatapnya tajam ke arah anak kecil itu dengan menahan emosinya.
"Kalau kamu bukan anak kecil awas aja" ujar ian (dalam hati)
" sayang jangan gitu kakak kan udah baik sama kamu, udah teminin kamu di sini. Cepat minta maaf ke kakak" ujar ibu brayen.
" gak mau kakak jelek jahat" ujar anak kecil itu.
" apa kamu bilang kakak jahat".. ujar ian.
" sabar..sabar..." dengan mengelus dada bidangnya.
" maafin anak saya anak ini memang bandel gak bisa di bilangin" ujar ibu brayen yang masih gendong brayen di pinggangnya.
" udah gak papa kok tante" ujarku dengan tersenyum lembut.
" ya udah kami pergi dulu, terima kasih sudah jagain anak aku" ujar ibu brayen.
" iya sama sama tante" ujarku sambil tersenyum ke arah brayen dan ibunya
Ian hanya terdiam cemberut melihat ke arah anak kecil itu.
Ibu brayen mulai melangkahkan kaki pergi. Brayen yang masih di gendongan ibunya menoleh ke belakang melihat kita dengan menjulurkan lidahnya ke arah ian.
Ian terus menghela nafas dan mengelus dadanya .
" sabar .. sabar... dia anak kecil" ujarnya (dalam hati) dengan membukkukkan kepalanya.
Aku hanya menahan tawa melihat mereka berdua begitu lucu.
Ku lanjutkan tawaku melihat muka ian yang masih cemberut.
" kamu cemburu sama anak kecil itu" ujarku yang masih menahan tawa.
Di tekuk bibirnya dengan berkata " siapa uang cemburu sama anak kecil nakal itu. Rasanya pengen aku jitak tu anak kalau gak ada ibunya. Masak aku ganteng gini di bilang jelek si? Kalau menurutmu apa aku jelek ya" ujar ian menatap ke arahku.
" kamu gak jelek cuma lebih ganteng dan imut dia aja. Apa kamu takut saingan sama anak kecil itu ya?" ujarku sambil tertawa melihat expresi ian yang semakin menjadi. Ku berlari pergi ninggalin ian sendiri di taman bermain.
" awas ya kamu key" teriak ian ke arahku,
Ia berlari mengejarku sampai keluar dari taman bermain,Namun tak kunjung bisa menangkapku.
Hingga aku terhenti di suatu pasar. Terlihat di depanku berbagai baju, kacamata, topi pernak pernik ada semua disini. Ku bungkukkan badanku, menghela nafas panjang. mencoba istirahat sebentar di tengah kerumunan orang sambil berdiri. Coba menoleh ke belakang tak melihat ian di belakangku.
" apa aku berlari terlalu kencang ya, kenapa ian tak kelihatan di mana dia. Bukannya tadi dia lari ngejar aku. Kenapa sekarang masih belum kelihatan" ujarku dalam hati.
Ku coba berjalan mencari ian di kerumunan orang yang sedang berbelanja di pasar.
Di sodorkan sebuah minuman dingin ke mukaku. Dari belakang punggungku.
" ini untukmu" ujar seseorang di belakangku.
ku ambil minuman itu tanpa menoleh ke belakang, ku buka tutupnya, ku minum segera air itu.
" kamu tau aja kalau aku haus" ujarku mengusap sisa minum di bibirku dengan lenganku.
" kamu mau lagi" ujar orang itu.
" udah hilang haus ku" jawabku. Ku menoleh ke belakang terlihat ian berdiri di belakangku sedang meminum air dingin perlahan.
" ian,!! Sejak kapan kamu di belakangku " tanyaku.
" kamu nyari aku ya" ujar ian tersenyum kepadaku.
Ku tekuk bibir mungilku, menolehkan kepalaku ke kanan dengan berkata.
" enggak tu " ujarku.
"Apa kamu kawatir aku di bawa cewek lain, apa mungkin segitu gantengnya aku ya sampai kamu takut aku di bawa lari cewek lain. Tadi aja gak mau ngaku si kalau aku memang ganteng" ujar ian tersenyum tipis ke arahku.
Ia berjalan mendekat ke arahku. Di tariknya tangan kananku. Di angkat tanganku di atas tangannya, ia mulai memasukkan jarinya ke sela sela jari kananku. Di genggamnya erat tanganku . Ku hanya diam menatap mata ian.
" dengan gini kita akan terus bersama, kamu juga gak akan lagi kawatir kalau aku hilang di bawa cewek lain. Tetap genggam erat tanganku key jangan pernah kau lepaskan gengaman ini. Seperti ikatan cinta kita tetap genggamlah jangan sampai suatu hari nanti kau lepaskan ikatan cinta kita untuk orsng lain." ujar ian.
To Be Continue
No comments:
Post a Comment